Pixel Codejatimnow.com

Kisah Mantan Pemulung Ponorogo yang Kini Rawat 100 Lansia Tuna Wisma

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Mita Kusuma
Rama Philips (kanan) bersama salah satu lansia tuna wisma yang dirawatnya di Ponorogo
Rama Philips (kanan) bersama salah satu lansia tuna wisma yang dirawatnya di Ponorogo

jatimnow.com - Seorang pria yang sehari-hari tinggal di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo mengabdikan dirinya untuk merawat para lanjut usia (lansia) dari berbagai daerah. Pria berumur 35 tahun itu bernama Rama Philips.

Di rumah tersebut, terdapat puluhan ranjang dari bambu hingga yang dibangun dengan bata. Di atas ranjang, terpasang tikar. Terlihat beberapa lansia tidur di atas ranjang. Beberapa di antara mereka duduk santai di depan rumah dengan tatapan kosong.

Selain itu, ada beberapa yang berteriak minta tolong kepada Rama, untuk membetulkan posisi tidur. Lansia tersebut tidak bisa berdiri dan berjalan, lantaran terkena stroke.

"Setiap hari ya begini ini mbak. Cuma ada saya dan istri yang mengurusnya. Kalau teriak begini, ya saya datangi," kata Rama di temui di panti miliknya itu, Jumat (19/7/2019)

Menurutnya, pengabdiannya untuk menampung dan mengurus para lansia tidak mudah. Ada banyak cerita yang dilaluinya.

"Dulunya saya seperti mereka, pemulung yang pasti dijauhi oleh orang-orang," jelasnya.

Rama saat merawat lansia yang sedang sakitRama saat merawat lansia yang sedang sakit

Kondisi Rama berubah saat ia mengenal akik. Dengan modal Rp 80 ribu di tahun 2015, Rama berangkat ke Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo mencari batu kaseldon yang bisa diubah menjadi akik.

"Saya membeli bongkahannya, lalu saya potong kecil-kecil kemudian saya jual. Dari Rp 80 ribu menjadi Rp 4 juta," paparnya.

Karena sudah memiliki pelanggan, Rama terus mengembangkan usaha batu akiknya, hingga berkembang dengan omset Rp 486 juta. Mendapat keuntungan yang besar, Rama membeli tanah, rumah dan lain-lain.

Baca juga:
Menengok Tempat Rawat Lansia Terlantar hingga Ajal Menjemput di Malang

Lantas bagaimana ia mulai menampung lansia? Rama bercerita bahwa di tengah menjalankan bisnisnya jual beli akik, ia bertemu dengan lansia, tapi masih bekerja keras menjadi kuli panggul.

"Saya tanya, ternyata eks transmigran, istrinya meninggal dan tidak punya anak. Mbah itu kembali ke Ponroogo hanya ada keponakan. Rupanya diusir dari rumah dan harus kerja keras serta tinggal di sebuah gubug seadanya," ungkapnya.

Dari itu, Rama memutuskan menampung si kakek tersebut.

"Saya teringat nasib saya waktu jadi pemulung. Keluarga juga setuju menampung," tambahnya.

Berawal dari sana, Rama kemudian menampung beberapa lansia yang ia temui saat berbisnis batu akik. Saat ini, jumlah lansia yang dirawatnya sekitar 100 orang.

Baca juga:
Hari Ibu, Polisi di Tulungagung Berbagi Kebahagiaan dengan Lansia

"Bisnis akik saya meredup, tapi saya diberi amanah oleh Tuhan untuk menampung dan merawat mereka," ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan para lansia yang dirawatnya, Rama bantig stir menjual berbagai macam plastik. Bahkan ketika ia tidak punya biaya untuk merawat para lansia, ada saja uluran tangan dari para dermawan, termasuk para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong.

Bahkan saat ini, Rama sudah melakukan MOU dengan empat Dinas Sosial, yaitu Dinsos Kabupaten Ponorogo, Magetan, Madiun dan Trenggalek. MoU itu salah satunya yaitu, bila dinsos terkait menggaruk lansia, akhirnya dikirim ke rumah singgah milik Rama.

"Kemarin, Kemenkumham membantu membangun wisma lansia ini," terangnya.

Sekarang, Rama mengelola empat rumah lansia. Dua di Kabupaten Ponorogo, satu di Kabupaten Tulungagung dan satu lainnya di Kabupaten Blitar.