Pixel Codejatimnow.com

Pengawet Pentol Bakso Berbahan Kluwek, ini Penemuan Pelajar SMP

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Farizal Tito
Alvi Dwi Safitri (15) dan Dea Rizky Octaviana (14) menunjukkan hasil temuan bahan pengawet alaminya
Alvi Dwi Safitri (15) dan Dea Rizky Octaviana (14) menunjukkan hasil temuan bahan pengawet alaminya

jatimnow.com - Dua pelajar di Surabaya berhasil menemukan bahan pengawet alami untuk pentol atau bola daging yang merupakan bagian dari makanan bakso. Pegawet ini berbahan dasar dari salah satu bumbu dapur yakni kluwek.

Kluwek biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk menghitamkan tampilan  pada masakan rawon. Dengan memanfaatkan kluwek, pentol yang biasanya hanya bertahan 1 hari bisa awet hingga 3-4 hari.

Dua siswi IX SMP Ipiems Surabaya, Alvi Dwi Safitri (15) dan Dea Rizky Octaviana (14) ini berhasil menemukan cara pengawet pentol tanpa menggunakan bahan kimia yang berbahaya.

Alvi menjelaskan, dari hasil riset di beberapa buku dan uji laboratorium, di dalam isi kluwek kaya akan formaldehida yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet pentol.

"Formaldehida itu kandungan alami yang terdapat dalam kluwek yang mampu di urai secara mudah oleh tubuh. Saat kami ujikan di laboratorium balai penelitian dan konsultasi industri Surabaya sebanyak 100 gram kluwek dapat menghasilkan 0,4 gram Formaldehida," terangnya.

Cara memperoleh kandungan formaldehida sangatlah mudah. Dijelaskan Alvi, cukup cukup memilih kluwek yang bagus, artinya biji batoknya tidak berjamur dan daging buahnya berwarna hitam pekat untuk diambil sarinya.

"Mendapatkan sari kluwek, yaitu isi kluwek di blender dan campur dengan air. Setelah itu di rebus menggunakan api sedang hingga mendidih. Ambil mengambil sari yang diatas, ditiriskan dan disaring setelah itu bisa digunakan," jelasnya.

Alvi mengatakan, saat pengetesan dalam takaran, ia mencobakan seperempat olahan daging bakso dengan takaran delapan tetes setengah bisa awet dari tiga hingga empat hari kedepan.

"Bakso menggunakan pengawet Formaldehida kluwek ini jika dimakan pun berbeda dengan lainnya. Biasanya bakso yang mengandung formalin maupun boraks, jika digigit maupun di pantulkan di ubin bisa kembali keatas, bakso kita tidak," pungkasnya.

Sementara itu Ismukaca, Guru pembimbing dua siswa itu mengatakan bahwa hasil penemuan ide yang dilakukan siswanya itu berhasil masuk pada ajang final peneliti belia yang digelar Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

"Meski masih belum juara kita patut bangga dengan mereka. Kedepan kita galakkan penelitian serupa terhadap makanan agar masyarakat bisa terhindar dari pengawet buatan atau bahan kimia," pungkasnya.





Baca juga:
Mahaiswa ITS Gagas Modifikasi Aspal dari Limbah Lumpur dan Kelapa Sawit