Pixel Codejatimnow.com

Harga Meroket, Petani Cabai Jombang Pusing Hadapi Serangan Hama Patek

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Tanaman cabai rawit di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro yang diserang hama patek. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Tanaman cabai rawit di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro yang diserang hama patek. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

Jombang - Di tengah harga cabai rawit yang meroket petani di Kabupaten Jombang harus menghadapi serangan hama patek (antraknosa).

Kondisi ini dialami oleh sejumlah petani cabai rawit yang ada di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Jombang.

Di areal persawahan, terlihat tanaman cabai petani tak tumbuh normal. Batang pohonnya terlihat berkerut beberapa bahkan mulai mengering, daunnya pun tumbuh tak maksimal.

Menurut keterangan Zaenuri (54), petani cabai rawit Desa Genukwatu, tanaman cabai miliknya tak tumbuh normal karena serangan hama patek.

”Di sini memang mulai banyak yang tidak bisa produksi maksimal lagi, banyak kena lengger juga patek," ucap Zaenuri, Selasa (7/6/2022).

Dikatakan Zaenuri sampai sekarang curah hujan di wilayahnya memang tinggi. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit pada batang tanaman cabai. Seharusnya batang cabai bisa gemuk dan hijau, perlahan memudar hingga mengering.

"Kalau petani sini bilang kena lengger, jadi tanamannya mati perlahan," paparnya.

Tak hanya itu, Zaenuri mengaku, buah cabai rawit dari pohon yang masih sehat juga kembali terserang hama patek. Hama ini, membuat cabai cepat membusuk dan berwarna kecokelatan.

Baca juga:
Pj Wali Kota Batu Dorong Sekolah-sekolah Tanam Cabai untuk Tekan Inflasi

"Kalau sudah kena patek itu, sudah tidak bisa dipanen, cabainya busuk di ranting terus rontok,” tegasnya.

Ia mengaku untuk mengatasi hal tersebut, ia berupaya memberikan obat dengan maksimal setiap minggunya. Kendati demikian, kondisi tanaman tetap tak bisa tumbuh normal.

"Kalau obat seminggu sudah dua kali ini, tapi ya tidak bisa pulih," ucap Zaenuri.

Serangan hama ini membuat menurunnya hasil panen. Dari sawah seluas 4.200 meter persegi, setiap minggunya ia paling besar hanya bisa memanen seberat satu kwintal cabai rawit.

Baca juga:
Petani Cabai di Ponorogo Merugi Meski Harga Tinggi, Terancam Gagal Panen karena Cuaca dan Jamur

"Padahal kalau cuaca baik, panen bisa sampai 2-3 kuintal setiap minggunya, tapi ya mau bagaimana lagi," ujarnya.

Zaenuri mengaku naiknya harga cabai ini sangatlah ditunggu petani cabai seperti dirinya.

"Kalau harganya masih lumayan, bisa Rp70 ribu sampai Rp80 ribu per kilogram dari sawah, tapi karena panennya tidak maksimal, hasilnya juga sama saja,” pungkasnya.