Pixel Codejatimnow.com

Keluarga Berharap ABK asal Kota Batu yang Terlantar di Amerika Segera Pulang

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Titan
Istri Ali Akbar Cholid, Rani Septi Ridwan (kiri) dan ibu mertuanya ditemui di Kota Batu
Istri Ali Akbar Cholid, Rani Septi Ridwan (kiri) dan ibu mertuanya ditemui di Kota Batu

Kota Batu - Raut sedih tampak terlihat di wajah Rani Septi Ridwan, istri Ali Akbar Cholid. Warga Kota Batu itu berharap suaminya yang terlantar di Guam, Amerika Serikat, segera pulang.

Rani baru saja melahirkan putra pertamanya yang masih berumur 1 bulan 15 hari. Dan sampai sekarang, suaminya itu belum bisa melihat langsung anaknya yang bernama Muhammad Akbar Bintang.

"Sedih. Semoga bisa segera pulang dan segera diproses tidak hanya di PHP terus. Kasihan sudah 5 bulanan hidup di atas kapal, tidak boleh turun ke daratan," keluh Rani saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Jumat (29/10/2021).

Baca juga: 

Sejauh ini Rani hanya bisa berkomunikasi melalui video call atau chatting. Akan tetapi terkadang sinyal di sana menjadi kendala, karena hanya ada satu wifi yang dipakai 9 orang.

"Kalau komunikasi lancar di kapal ada wifi. Setiap hari kita selalu berkomunikasi yang paling sering menanyakan putranya," ungkapnya.

Rani bercerita, suaminya kerja di pelayaran sejak 2017, setelah lulus sekolah dari Politeknik Pelayaran Surabaya.

"Semenjak menikah baru pertama kali ini suami saya berangkat kerja. Waktu itu pas usia kandungan saya kira-kira 4,5 bulan. Eh lha kok ada kendala seperti ini," tuturnya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Rani hanya bisa menggantungkan hidup kepada ibu mertuanya.

"Kan selama suami saya berangkat tidak ada penghasilan. Jadi ya gak bisa kirim uang. Kebutuhan popok dan susu anak saya ya pemberian dari ibu," tambah dia.

Sementara ibu kandung Ali, Luluk Zuraida menambahkan, selama ini putra pertamanya itu tidak pernah bercerita dukanya. Namun sebagai ibu, dia memiliki perasaan yang kurang enak.

"Ali gak pernah cerita duka di sana apa saja. Mungkin biar keluarga yang di rumah tidak kepikiran," paparnya.

Luluk mengaku, pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Batu sudah datang ke rumahnya untuk bertanya bagaimana Ali ikut kapal, berangkatnya bagaimana dan sebagainya.

Baca juga:
9 ABK asal Jatim yang Terlantar di AS Akhirnya Dipulangkan

"Hasil dari pembicaraan tadi Pemkot Batu berjanji akan membantu memulangkan putra saya," ungkap dia.

Bila nanti putranya sudah pulang, Luluk akan menggelar hajatan dan akikahan putranya.

"Itu rencananya mau gelar hajatan dan akikahan cucu saya. Kan kasihan kalau tidak ada bapaknya," paparnya.

Terpisah, Kepala Bidang Tenaga Kerja Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSP-TK) Kota Batu, Suyanto mengatakan, kedatangannya untuk merespon adanya dua warga Kota Batu yang tidak bisa pulang dari Guam.

"Selain itu kita ingin memastikan bahwa mereka memang warga Kota Batu serta menggali informasi kondisi terkini Ali dan temannya di sana," jelas Suyanto.

Suyanto mengaku bahwa pihaknya akan mengirim surat ke KBRI atau KJRI Los Angeles, karena pemkot tidak bisa memulangkan langsung Ali bersama rekannya.

Baca juga:
Video: 9 ABK asal Jatim Terlantar di Amerika

"Pemerintah tentu akan membantu sebisanya untuk mendorong mereka agar segera pulang. Dalam waktu dekat kita kirim surat ke KBRI dan KJRI," tegas dia.

Selain Ali, ada 8 ABK yang semuanya asal Jatim mengaku terlantar di Pulau Guam, Amerika Serikat. Dari 9 ABK tersebut, dua orang warga Kota Batu yakni Agus Brigrianto dan Ali Akbar Cholid.

Lalu empat orang dari Kota Malang yakni Bambang Suparman, Gunawan Soeharto, Dicky Wahyu dan Fajar Nur. Masing-masing satu orang dari Kabupaten Lumajang, Blitar dan Sidoarjo adalah Muhammad Khafid, Fery Sujatmiko dan Yusman Shobirin.

Sebelumnya Ali mengaku bahwa dirinya dan teman-temannya belum mendapat gaji selama 5 bulan dan tidak bisa pulang. Selama di Guam, mereka tidak boleh menyentuh daratan, sehingga sehari-hari hidup di atas kapal.

Untuk bertahan hidup, sehari-hari mereka menggantungkan bantuan dari pihak agensi setempat.