Pixel Codejatimnow.com

Nasib Sumirah, Nenek di Surabaya yang Tak Pernah Tersentuh Bantuan Pemerintah

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Ni'am Kurniawan
Nenek Sumirah sehari-hari tinggal di rumah kos di kawasan Sukomanunggal, Surabaya (Foto-foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Nenek Sumirah sehari-hari tinggal di rumah kos di kawasan Sukomanunggal, Surabaya (Foto-foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

jatimnow.com - Bantuan sosial (bansos) selayaknya dinikmati seluruh warga tidak mampu dan terdampak Pandemi Covid-19. Namun berbeda bagi Sumirah, nenek berumur 89 tahun di Surabaya itu mengaku belum sekalipun tersentuh bantuan dan pemerintah.

Setelah menjanda sejak Tahun 2006, Sumirah harus hidup sendirian di rumah kos Simojawar Gang 1 Nomor 150 RT. 01 RW. 01 Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal, Kota Surabaya, karena pernikahannya dengan Bari, tidak dikarunia anak.

"Saya tanya katanya ndak ada jatahnya. Ndak ada jatahnya gitu bilange," ungkap Sumirah saat ditemui di tempat kosnya, Selasa (24/8/2021).

Meski tinggal di tempat kos, sudah 30 tahunan Sumirah sudah menjadi warga Surabaya, sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) yang ia miliki.

Di usianya yang sudah senja itu, Sumirah seharusnya mendapat jatah program permakanan lansia yang dikeluarkan Pemkot Surabaya melalui dinas sosial. Namun Sumirah mengaku tidak mendapatkan itu.

"Ndak pernah mpun, ndak pernah, sumpah ini nak saya sudah tua. Ya itu saksi-saksi tetangga-tetangga itu tau semua," ungkap Sumirah.

"Maem e sak wonten e secol pohong sak urup-urupe (makan ya seadanya nasi singkong seadanya)," tambahnya.

Ada kalanya Sumirah mengaku iri melihat para tetangga sekitar bisa menikmati program Bantuan Sosial Tunai (BST) ataupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari Kementerian Sosial RI selama masa Pandemi Covid-19 ini.

Baca juga:
Presiden Jokowi Bagikan Paket Beras Kepada 1.000 Warga Miskin Kota Malang

"Nggeh duspundi sagete welas kaleh kulo, mosok nggeh kulo niki mboten dikeki rasane duit pemerintah (ya gimana bisanya kasihan sama saya, masak ya saya ini nggak dikasih tahu rasanya uang pemerintah)," ucapnya.

Sumirah menambahkan, dirinya juga telah berulang kali mengajukan bantuan kepada RT, RW di lingkungan setempat.

"Kulo niki sampek tanglet teng Pak RW-ne, pak nderek tanglet pak, kulo niki nopo tiang glandangan pak? Ngoten kulo sampek dimintai KTP tapi nggeh mboten wonten nopo-nopo (saya ini sampai tanya ke Pak RW, pak saya nanya apa saya ini seorang glandangan pak? Gitu saya dimintai KTP tapi ya nggak ada apa-apa)," imbuh Sumirah.

Kini, Sumirah hanya bisa menanti. Dia hanya bisa pasrah dengan nasibnya yang sudah tua yang tak mampu lagi bekerja. Hanya kebaikan para tetangga yang membuatnya bertahan hidup.

Baca juga:
Warga Miskin Perantauan di Surabaya Tak Lagi Dijatah Bantuan, Ini Info Jelasnya

"Badhe merdamel nggeh merdamel nopo. Riyen kulo momong, sak niki momong mpun mboten kuat. (Mau kerja ya kerja model apa. Dulu saya pengasuh anak, sekarang sudah tidak kuat)," tambahnya.

Sehari-hari, Sumirah menjualkan barang dagangan milik tetangganya dan menjadi buruh dapur untuk biaya membayar kos Rp 250 ribu setiap bulannya.

Nenek Sumirah sehari-hari tinggal di rumah kos di kawasan Sukomanunggal, SurabayaNenek Sumirah sehari-hari tinggal di rumah kos di kawasan Sukomanunggal, Surabaya