Pixel Codejatimnow.com

Kreatif, Guru SMP ini Bikin Bilik Pendeteksi Suhu Tubuh Otomatis

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Mita Kusuma
Dwi Sujatmiko tunjukkan bilik pendeteksi tubuh otomatis
Dwi Sujatmiko tunjukkan bilik pendeteksi tubuh otomatis

jatimnow.com - Guru SMP Negeri 1 Jetis Ponorogo, Dwi Sujatmiko membuat pendeteksi suhu tubuh secara otomatis.

Alat itu dibuatnya seiring dengan wacana Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Ponorogo yang akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.

"Pembelajaran uji coba tatap muka syaratnya harus sesuai protokol kesehatan. Makanya kami mencoba membuat alat pendeteksi suhu tubuh tapi yang tidak bersentuhan langsung," ujarnya, Sabtu (5/9/2020).

Menurutnya, alat pemantau suhu badan otomatis yang berbasis Android meminimalkan kontak fisik. Siswa yang akan masuk sekolah diminta masuk ke bilik dan kemudian mendekatkan dahi atau tangan ke depan sensor sekitar 2 sampai 3 detik. Setelahnya, palang pintu akan terbuka otomatis.

"Ada dua palang pintu. Jika suhu tubuh siswa di bawah 37 derajat maka palang bagian depan yang terbuka, namun jika di atas 37 derajat maka palang pintu sebelah kiri yang terbuka," terang dia.

Sehingga siswa yang memiliki suhu badan tinggi atau mengarah ke demam, akan muncul bunyi peringatan untuk memperingatkan petugas. Selanjutnya siswa akan diperiksa lebih lanjut dan diarahkan menuju ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Ia menjelaskan, alat pendeteksi suhu tubuh otomatis itu bekerja menggunakan aliran listrik. Namun jika aliran listrik padam, maka bisa memanfaatkan sumber daya dari powerbank.

"Jadi ketika listrik mati tidak akan ada masalah,” ujarnya.

Dijelaskannya, di dalam bilik buatannya itu terdapat dua buah sensor yaitu sensor inframerah dan ultrasonik.

Baca juga:
755 Penerima SK PPPK Pemkab Ponorogo Dilantik, Kecuali 4 Orang Ini

Cara kerja alat pendeteksi suhu tubuh otomatis itu dari sensor inframerah yang berfungsi untuk mengetahui suhu tubuh seseorang. Sedangkan sensor ultrasonik berfungsi untuk mengetahui jarak objek untuk digunakan guna membuka palang pintu.

"Waktu tiga hari untuk merangkai alat dan biliknya. Yang paling lama dalam pemrogramannya,” tutur Miko.

Ia menyebut, bilik pendeteksi suhu tubuh otomatis itu dirasa masih belum sempurna. Kedepannya, ia akan mencoba untuk menggabungkan dengan data siswa yang telah terekam dalam sebuah kartu Radio Frequency Identification (RFID).

Kartu RFID ini adalah sistem identifikasi berbasis wireless yang memungkinkan pengambilan data tanpa harus bersentuhan seperti barcode atau magnetic card. Sehingga seluruh rekaman suhu nantinya bisa dipantau untuk siswa dan tersimpan dalam data sekolah.

Baca juga:
TPID Ponorogo Sidak Bulog dan Pasar Tradisional hingga Modern, Ini Hasilnya

"Sudah terpasang sensor RFID-nya. Hanya siswa belum dibekali kartu yang mampu dibaca oleh sensor RFID tersebut," ujar dia.

Alat buatan ini selain mengurangi kontak fisik dengan petugas pemantau suhu, juga telah dilengkapi dengan aplikasi yang bisa tersambung dengan smartphone. Sehingga petugas hanya perlu melihat layar di smartphone untuk memantau siswa.

"Point utamanya mengurangi kontak fisik," pungkasnya.