Pixel Codejatimnow.com

Pilwali Surabaya 2020

Ketika Para Seniman Doakan Machfud Arifin Jadi Wali Kota Surabaya

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Cawali Surabaya Machfud Arifin saat menikmati kreativitas para seniman angklung
Cawali Surabaya Machfud Arifin saat menikmati kreativitas para seniman angklung

jatimnow.com - Komunitas seniman di Kota Surabaya menyampaikan keluhannya kepada Calon Wali Kota (Cawali) Surabaya Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin, Rabu (1/7/2020).

Komunitas seniman seperti seniman Ludruk, seniman musik jalanan, seniman musik jazz dan rock, seniman jaranan dan lainnya berharap Machfud Arifin menjadi wali kota Surabaya dan memberikan wadah kreativitas bagi para seniman.

"Keinginan para seniman termasuk tempat untuk tampil, tempat untuk berekspresi. Beberapa bulan yang lalu kegiatan di balai kota ditarik restribusi sama Dinas Pariwasata Kota Surabaya," ujar salah satu seniman asal Lakarsantri usai deklarasi dukungan seniman untuk Machfud Arifin di ruang serba guna gedung Machfud Arifin Center (MAC), Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, Rabu (1/7/2020).

Dia berharap, Machfud Arifin saat menjadi wali kota bisa menghapus jasa pungut demi kepentingan para seniman.

"Bagaimana Surabaya bisa maju kalau pemerintahnya tidak berbudaya. Harapan kami Surabaya bisa maju tapi wali kota dan rakyatnya ikut mengembangkan budaya yang adiluhung dan kita teruskan. Ini tinggalan nenek moyang yang tidak bisa kita tinggalkan," terangnya.

Sri Wahyuni, seniman ludruk di Surabaya saat menyampaikan keluhannya ke Machfud ArifinSri Wahyuni, seniman ludruk di Surabaya saat menyampaikan keluhannya ke Machfud Arifin

"Saya jauh datang dari Lakarsantri. Mudah-mudahan berdoa untuk Cak Machfud Arifin menjadi wali kota Surabaya," harapnya.

Keluhan juga disampaikan Jaya Angklung. Dia mengaku sudah bermain musik angklung sejak Tahun 2012. Bahkan pernah ikut audisi bakat di televisi swasta. Seiring berjalannya waktu, kelompok musik angklungnya ini berekspresi menjadi pemusik jalanan.

"Saya sebenarnya tidak ada masalah dengan pemerintah kota, dengan Satpol PP. Tapi Tahun 2018, saya mulai diobrak Satpol PP. Sering diobrak sampai saya melakukan audensi ke mana-mana," ujarnya.

"Kenapa saya tidak boleh. Saya orang Surabaya asli, saya bayar pajak buat Surabaya. Hasil (ngamen) buat saya makan. Kenapa kok diobrak. Kok kita disamakan dengan gepeng (gelandangan pengemis), naudzubillah. Padahal kita berkarya di situ," tambah Jaya.

Ia menceritakan, Pemkot Surabaya tidak pernah memberikan bantuan kepada musisi musik angklung. Dia juga sudah melalang buana ke Jakarta, sudah sampai ke Bali hanya untuk menjadi dirigen angklung.

"Saya main angklung di depan ekspatriat, orang-orang bule. Sedangkan Pemerintah Kota Surabaya tidak mengapresiasi saat ini," terangnya.

Sementara musisi musik rock Surabaya Bambang juga mengeluhkan tentang tidak adanya wadah atau tempat kreativitas bagi seniman.

"Saya mewakili teman-teman musisi rock jazz dan lain-lain, selama ini kan tempat seperti THR sudah jelas (tidak aktif), Taman Remaja ditutup. Sudah hearing ke DPRD, tapi tidak pernah ada solusinya," ungkapnya.

Machfud Arifin saat memberikan apresiasinya untuk musisi cilik difabelMachfud Arifin saat memberikan apresiasinya untuk musisi cilik difabel

Bambang menambahkan, Balai Pemuda yang sebelumnya menjadi tempat berekspresi, sekarang sudah tidak bisa digunakan lagi. Bahkan ketika para seniman hendak berlatih, selalu diobrak.

"Balai Pemuda selama ini tidak ada keseninan, untuk musik, untuk apa saja. Sedangkan tempatnya dibikin taman itu wadah-wadah untuk berpekpresi. Tidak ada ruang untuk berekspresi. Sejarah balai pemuda tempat kumpulnya para seniman. Sekarang setiap ada latihan, diobrak," terangnya.

Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji

Dia berharap, mantan Kapolda Jatim itu saat menjadi wali kota Surabaya memberikan ruang atau wadah berekspresi bagi para seniman.

"Ke depannya saya nggak mau ngomong calon tapi Cak machfud Arifin Wali Kota bisa merealisasikan tempat-tempat kumpulnya para seniman," tutur Bambang sambil menambahkan, ke depan diharapkan banyak festival musik maupun seni untuk menjadi destinasi wisata dan mendatangkan devisa bagi Kota Surabaya.

Di tempat yang sama, seniman ludruk Sri Wahyuni juga mengeluhkan tidak adanya fasilitas dan support dari Pemkot Surabaya terhadap kesenian khas Surabaya yang ia tekuni.

"Pemain ludruk sudah sepuh-sepuh. Dari Tahun 2010 saya sudah membina anak-anak untuk generasi penerus ludruk mulai dari TK sampai sekarang sudah remaja. Tahun 2012 diberi tempat diberi ruang di Balai Pemuda. Apabila kalau kita mau berlatih di Balai Pemuda harus membayar," beber Sri.

Musisi cilik difabel sangat senang mendapatkan bantuan untuk membeli peralatan musik bagi anak-anak difabel lainnya dari Machfud ArifinMusisi cilik difabel sangat senang mendapatkan bantuan untuk membeli peralatan musik bagi anak-anak difabel lainnya dari Machfud Arifin

"Kesenian Ludruk iki opo arep dipateni ta pak (kesenian ludruk ini apa akan dimatikan). Tolong aku njaluk (minta) Pak Machfud, keono (berikan) anak-anak ruang," ujarnya.

Sedangkan Andi dari Komunitas Pemusik Jalanan (KPJ) menceritakan sudah membuat wadah bagi musisi disabilitas di kawasan Sukolilo.

"Cuman di sana belum ada alat musik, sampean (anda) bantu nanti untuk membina anak-anak difabel," ujar Andi.

Mendengar berbagai keluhan itu, Machfud Arifin menanyakan berapa kebutuhan biaya untuk membeli peralatan alat musik. Andi berharap saat Machfud Arifin menjadi wali kota Surabaya untuk memberikan bantuan bagi mereka.

Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak

Machfud Arifin langsung meresponnya dan menyuruh tim pemenangannya untuk memberikan bantuan untuk mendukung kreatifitas anak disabilitas menjadi musisi.

"Nggak usah ngenteni. Saiki langsung ae. Ngisin-ngisini ae rek. (Tidak perlu menunggu. Sekarang saja. Memalukan saja)," jawab Machfud Arifin yang langsung mendapatkan tepuk tangan dari para seniman.

Usai acara, cawali Surabaya yang diusung koalisi partai PKB, PAN, Gerindra, Demokrat, PPP, NasDem, Golkar dan PKS ini mengatakan, para seniman Surabaya memang perlu ruang dan tempat untuk bisa berkreasi.

"Mosok (masak) Suroboyo kalah Jogja. Suroboyo kalah karo (sama) Banyuwangi punya tari Gandrung Banyuwangi, sangat semarak," ungkap Machfud Arifin.

Dia juga merasa prihatin para seniman tidak punya wadah untuk mengekspresikan. Ketika mereka berekspresi di jalanan, malah diobrak.

"Kita tidak punya tempat latihan, nggak pernah diberikan ruang. Bahkan mau latihan diobrak-abrik. Ini sungguh memprihatinkan, sangat miris, dari segala macam kalangan seniman," tuturnya.

Menurutnya, dalam jangka panjang, Surabaya menjadi kota besar yang juga menjadi penghubung bila ibu kota Indonesia betul-betul pindah ke Kalimantan Timur.

"Ke depan pasti kita beri ruang. Makanya saya selalu bilang, sungai jangan sekedar untuk mengaliri air, harus ada nilai-nilai, value yang bisa menghasilkan. Ada tempat untuk orang berdagang, ada tempat untuk seniman. Itu kan bagus. Memang saatnya seniman diberikan ruang," jelas Machfud Arifin.