Pixel Codejatimnow.com

Angka Kehamilan di Jatim Justru Meningkat Saat Pandemi Covid-19

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Budi Sugiharto
Foto Instagram @bkkbnofficial
Foto Instagram @bkkbnofficial

jatimnow.com - Tingkat kehamilan di masa Pandemi Covid-19 di Jawa Timur meningkat.

Dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim tentang tren 'drop out' KB selama pandemi hingga April 2020 mencapai 414.708 orang atau naik 7,07 persen.

Sedangkan pada Februari tercatat 68.547 orang dan Maret ada 278.436 orang

Data itu diunggah dalam akun Instagram @bkkbnofficial pada Jumat (26/6/2020) dinihari.

Akun itu juga menayangkan video bahaya ledakan kehamilan baru selama pandemi.

"Ketika dunia berusaha menghadapi Pandemi Covid-19. Indonesia dikabarkan menghadapi ledakan kehamilan baru," sebut @bkkbnofficial.

"Lebih dari 400 ribu kehamilan tak terencanakan terjadi di Indonesia selama pandemi. Lebih dari 420 ribu bayi baru diperkirakan lahir pada awal 2021," tambahnya.

Perkiraan angka tersebut, menirut @bkkbnofficial, didasarkan pada 10 persen dari 28 juta keluarga mengalami kesulitan dalam mengontrol kelahiran.

Akun itu juga menayangkan daerah persebaran terbesar lonjakan angka kehamilan di Indonesia.

Baca juga:
Hotman Paris Soroti Kasus Anak di Bangkalan Aniaya Pria Karena Bela Ibunya

Yang pertama disebutnya Jawa Timur. Pada Februari 68.547 orang naik 1,13 persen; Maret 278.356 orang naik 4,68 persen; April 414.708 orang naik 7,07 persen.

Dan diperkirakan @bkkbnofficial akan terus terjadi peningkatan angka kehamilannya sampai pada Mei, Juni dan Juli.

Yang kedua disebut Cirebon. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Cahaya Bunda Kota Cirebon terjadi peningkatan 10 persen per bulannya.

Yang artinya sebanyak 100 pasien hamil perbulan.

Apa penyebabnya?

Baca juga:
Viral Wanita Ponorogo Guling-guling di Jalan karena Pacar, Lho?

@bkkbnofficial menilai kasus serupa dengan alasan yang sama terjadi di Filipina. Diprediksi ada sekitar 1,2 juta perempuan akan hamil di luar rencana di masa pandemi.

Penyebabnya, karena tidak menggunakan alat kontrasepsi. Data BKKBN menunjukkan sekitar 95 persen pengguna kontrasepsi di Indonesia adalah wanita. Hanya sedikit pria yang mau menggunakan kondom.

Kedua, tutupnya klinik kesehatan dan kandungan. Hal ini membuat masyarakat lebih sulit mendapatkan akses terhadap alat kontrasepsi.