Pixel Codejatimnow.com

Pilwali Surabaya 2020

PDIP Tidak Punya Kader untuk Dijadikan Calon Wali Kota Surabaya?

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Jajeli Rois
Pengamat politik dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Abdus Syair
Pengamat politik dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Abdus Syair

jatimnow.com - Sebagai pemenang pemilu di Surabaya, PDIP masih belum mengumumkan calon wali kota (cawali). 

"Masih mencari figur yang kuat," kata pengamat politik dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Abdus Syair, Sabtu (13/6/2020).

Beberapa kader PDIP yang dinilai berpeluang bisa menjadi calon wali kota maupun wakil wali kota seperti Whisnu Sakti Buana, Armuji, Dyah Katarina, Anugerah Aryadi, Oni Setiawan, Eddy Tarmidi. Dan mereka sudah mendaftar.

Kata Abdus Syair, belum munculnya nama calon yang akan diusung PDIP ini karena tidak menutup kemungkinan belum ada figur yang menyamai Risma.

"Selama ini rasanya (bakal calon wali kota) di bawah Bu Risma," ujar dia.

Staf pengajar Sosiologi politik FISIP UWKS ini mengatakan tidak menutup kemungkinan PDIP sama dengan partai politik lainnya, mengusung non kader sebagai calon wali kota.

"Saya rasa semua partai, kondisinya pragmatis. Mereka hanya melihat peluang menang. PDIP juga punya logika yang sama pragmatis. Figur siapa yang memungkinkan untuk menang besar itu yang dicalonkan," katanya.

Ia mencontohkan pada tahun 2010, Risma yang dari birokrat di Pemkot Surabaya belum menjadi kader PDIP.

Karena dinilai memiliki peluang besar menang, akhirnya dipilih menjadi calon wali kota bergandengan dengan calon wakil wali kota Bambang DH yang pernah menjadi atasannya Risma sebagai Wali Kota Surabaya.

Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji

"Kemudian sekarang Bu Risma menjadi kader, menjadi pengurus pusat PDIP," katanya.

Ketika menjadi pengurus pusat, Risma memiliki pengaruh untuk ikut menentukan calon yang akan diusung. Risma juga dinilai memiliki investasi mencalonkan figur yang dikadernya.

Ketika calon wali kota Surabaya yang diusung PDIP bukan kader, kata Syair tidak menutup kemungkinan terjadi gejolak dari arus bawah.

"Pilwali Surabaya tahun 2010 gejolak ada. Bahkan calon sangat kuat di luar Risma, yakni Saleh Mukadar saat itu Ketua DPC PDIP Surabaya menggalang pengurus 12 PAC PDIP. Kemudian dikumpulkan di rumah makan melakukan konpers menolak keputusan DPP yang mengusung Risma tapi kemudian tidak sampai sebulan itu selesai," kenangnya.

Syair menceritakan tentang pertemuannya dengan Bambang DH yang mengaku kecewa dengan Risma. Saat itu timbul konflik setelah tiga bulan Bambang DH menjadi wakil wali kota mendampingi Risma dan dimediasi oleh DPP.

Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak

"Hasil wawancara saya dengan Pak Bambang DH, setelah dia terpilih dan menjabat selama tiga bulan terjadi konflik besar dengan Bu Risma," tuturnya.

"Gejolak yakin ada. Tapi selagi ada Bu Mega, rasanya selesai," jelasnya.

Saat ini hanya nama mantan kapolda Jatim yang sudah mendeklarasikaan maju sebagai calon wali kota Surabaya.

MA telah mengantongi dukungan mayoritas parpol. Seperti PKB, PAN, Gerindra, NasDem, Golkar, Demokrat, PPP dan yang lain.