Pixel Codejatimnow.com

Sempat Galau dengan Rekomendasi BPK, DPRD Ponorogo Pilih Pin Kuningan

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Mita Kusuma
Gedung DPRD Kabupaten Ponorogo
Gedung DPRD Kabupaten Ponorogo

jatimnow.com - Setelah sempat galau atas rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar anggota DPRD tidak menggunakan pin emas, sekretariat dewan akhirnya memutuskan membeli pin kuningan untuk 45 anggota DPRD terpilih 2019-2024 Kabupaten Ponorogo.

"Karena sifatnya merupakan aset negara dan pinjam pakai, makanya kami memilih kuningan saja," terang Wakil Ketua DPRD Ponorogo, Miseri Effendi, Rabu (7/8/2019).

Pertimbangannya, lanjut Miseri, pin kuningan bisa menjadi hak milik bagi anggota dewan dan tidak harus dikembalikan kepada sekretariat. Sebab bila memaksakan pin emas, sesuai rekomendasi BPK, pin emas dengan harga di atas Rp 1 juta, konteksnya pinjam pakai dan menjadi aset pemerintah.

"Pin kuningan inilah salah satu alternatifnya, daripada menjadi polemik berkepanjangan," tutur dia.

Dia meminta sekretariat DPRD untuk menaati rekomendasi dari BPK. Sebab dengan itu, pembelian pin kuningan tidak disebut sebagai gratifikasi dan melanggar aturan.

Baca juga:  Rekomendasi BPK Bikin Galau Sekwan Ponorogo: Pin Emas atau Kuningan?

Baca juga:
DPRD Serap Aspirasi Warga Ponorogo: Jalan Searah Picu Penurunan Omset Usaha

Miseri menilai, ada sejumlah dampak positif yang dapat dirasakan jika memilih membeli pin kuningan. Tidak hanya aman lantaran tidak melanggar aturan, tapi juga lebih efisien.

Apalagi bila dipaksakan membeli pin emas seberat 5 gram, anggaran yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 147 miliar, sesuai alokasi dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) di sekretariat DPRD Ponorogo tahun ini.

"Periode sebelum-sebelumnya memang selalu pin emas dan itu sifatnya diberikan. Tapi sekarang kami lebih setuju pin biasa (kuningan). Ini juga supaya lebih efisien dalam penggunaan anggaran," tegasnya.

Baca juga:
KPK Sosialisasi Pencegahan Korupsi kepada Anggota DPRD Ponorogo

Sementara, Sekretaris DPRD Ponorogo Suko Kartono sebelumnya menyebut sudah mengeplot anggaran Rp 147 miliar dalam DIPA untuk pembelian pin emas. Namun rekomendasi BPK yang diterimanya membuatnya urung melaksanakan pengadaan tersebut, kendati pelantikan anggota terpilih akan dilaksanakan 1 September 2019.

"Lagipula, sebenarnya tidak ada aturan khusus apakah harus pin emas atau kuningan," tambahnya.