Pixel Codejatimnow.com

Soal Penyebaran Radikalisme, Wakadensus 88: Ada Kesenjangan Informasi

Wakadensus 88 Antiteror Brigjen Pol Martinus Hukom
Wakadensus 88 Antiteror Brigjen Pol Martinus Hukom

jatimnow.com - Wakadensus 88 Antiteror Brigjen Pol Martinus Hukom menyebut upaya penyebaran radikalisme dan terorisme itu karena adanya kesenjangan sumber informasi yang diterima masyarakat.

Artinya, kesenjangan yang terjadi di masyarakat tersebut adalah pengakses buku dan sumber informasi yang berisikan radikalisme masih sangat gampang dijumpai, murah, bahkan gratis.

Pernyataan tersebut diungkapkan Martinus saat menjadi pemateri dalam seminar bertajuk 'Terrorism Threat on Asean Region', di Convention Center Kampus Universitas Airlangga Surabaya, Rabu (21/11/2018).  

"Mirisnya ada kesenjangan informasi di masyarakat, dimana buku moderat dijual dengan harga mahal, sedangkan buku radikal gampang ditemukan, dan berharga murah," terang Martinus Hokum.

"Bahkan saat ini arah penulis pun sudah berubah, penulis moderat berfokus pada keuntungan. Sementara para pembuat buletin atau buku radikal berfokus pada penyebaran paham," imbuhnya.

Menanggapi hal itu, dia juga berpesan kepada masyarakat, khususnya peserta seminar untuk tetap berhati-hati dalam menerima informasi serta tidak mudah tersulut konflik.

"Kita harus tetap waspada dengan penyusupan paham. Serta mari kita jaga, jangan sampai terjadi konflik di sekitar kita," pesan Hokum.

Selain itu, perwira tinggi Polri yang berpengalaman dalam bidang reserse itu menjelaskan, saat ini upaya penyebaran radikalisme di Indonesia telah menyasar tiga sektor utama yakni pendidikan, lapas dan buku atau buletin.  

"Di kampus, masjid kampus, mushala kampus, juga menjadi sarang radikalisme. Bahkan dulu Isis mendeklarasikan diri di salah satu kampus di Jakarta," terangnya.

Hokum yang diamanatkan sebagai Direktur Penegakan Hukum Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) itu mengatakan, jika penyusupan paham radikal di penjara juga tidak bisa diprediksi karena biasanya pada awalnya terpidana tindak kriminal, tapi tanpa tendensi khusus sebagai radikal.

"Ya, itu seperti penyerangan yang terjadi di Lamongan kemarin, mungkin awalnya dia kriminal, terus mendapat paham itu di penjara, kemudian melakukan penyerangan," pungkasnya.

Baca juga:
Gudang di Surabaya Digeledah Densus 88, Tempat Kerja Terduga Teroris?

Baca juga:
Densus 88 Tangkap Guru SD Terduga Teroris di Sampang