Pixel Codejatimnow.com

Dari Mana Asal Kera Mistis di Kuburan Tulungagung ini?

 Reporter : Erwin Yohanes
Kera di pemakaman
Kera di pemakaman

jatimnow.com - Tidak ada satu pun sumber literasi yang menceritakan asal usul keberadaan kera abu-abu di pemakaman umum Desa Ngujang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung.

Banyak orang yang mengkaitkan kera ini sebagai kera gaib atau jelmaan. Hal ini dikarenakan pada hari tertentu kera yang biasanya mudah ditemui di sekitar pemakaman atau jembatan mendadak raib.

Baca juga: Wisata Kera Mistis di Kuburan

Penjaga makam, Ribut Katenan, tidak membantah kabar mengenai kera gaib tersebut. Menurutnya kera tersebut merupakan hewan yang keberadaannya dilindungi oleh kekuatan gaib.

"Jadi bukan kera jadi-jadian tapi betul-betul kera yang dilindungi oleh kekuatan gaib," ujarnya, Kamis (30/8/2018).

Terkait raibnya kera di hari tertentu, Ribut menjelaskan kera merupakan hewan yang hidup berkelompok. Jika tidak ditemukan di lokasi pemakaman atau jembatan kemungkinan mereka sedang berada di lokasi lain.

"Coba dicari di bawah jembatan atau di balik reruntuhan bangunan pasti ketemu," ungkapnya.

Baca juga:
Video: RSUD dr Iskak Tulungagung Bentuk Tim Pantau Bayi Kembar Siam

Ribut menjelaskan, berdasarkan tradisi tutur lisan keberadaan kera tersebut erat hubungannya dengan penamaan Desa Ngujang.

Menurut cerita saat itu, Sunan Kalijogo sedang memberi wejangan terhadap muridnya di sekitar Sungai Brantas yang berada di sisi utara pemakaman. Kemudian terdengar suara seperti kera bersahutan.

"Ngujang itu dari kalimat Nguk Nguk atau suara kera dan Jang dari kalimat wejangan artinya suara kera saat ada wejangan," jelasnya.

Ribut menambahkan ada cerita lain berkaitan dengan kemunculan para kera. Saat Sunan Kalijogo memberi wejangan ada santri dan santriwati yang naik ke atas pohon. 
Melihat hal tersebut Sunan Kalijogo berujar "Yang lainnya mencari ilmu kalian malah naik ke atas pohon seperti kera,".

Baca juga:
Kondisi Terkini Bayi Kembar Siam di RSUD dr Iskak Tulungagung

Penjaga makam generasi ke tiga ini percaya bahwa ucapan seorang sunan atau wali sangat bertuah. "Ucapan seorang ibu saja sangat bertuah seperti di cerita Malin Kundang apalagi wali atau sunan," imbuhnya.

Reporter: Wanda R Putri
Editor: Erwin Yohanes