Pixel Codejatimnow.com

Kitab Amjah, Manuskrip Kuno Bukti Napak Tilas Siar Islam di Pantura Lamongan

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Lampiran isi Kitab Amjah yang telah disalin dalam Bahasa Indonesia (Foto: Disparbud Lamongan for jatimnow.com)
Lampiran isi Kitab Amjah yang telah disalin dalam Bahasa Indonesia (Foto: Disparbud Lamongan for jatimnow.com)

Lamongan - Selain masa kejayaan Sunan Drajat sebagai penyiar Islam di wilayah Lamongan, ternyata ada beragam bukti lain yang menunjukkan bahwa Lamongan adalah lokasi penting cikal bakal peradaban Islam.

Salah satu buktinya adalah manuskrip kuno yang disebut sebagai Kitab Amjah. Banyak yang mengartikan sepintas kitab tersebut mengisahkan 25 nabi dalam ajaran Islam dalam bahasa jawa kuno.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Siti Rubika, naskah tersebut terdiri dari 302 halaman dan tidak memiliki nomor halaman.

Rubika menyebut, masing-masing halamannya terdiri dari 19 baris tanpa bidang bingkai teks. Tiap larik atau baris diakhiri dengan tanda lingkaran menggunakan tinta merah tanpa iluminasi.

"Teks Layang Ambiya ini berbentuk tembang macapat, yang berisi kisah para nabi dalam Agama Islam. Diawali dari kisah Nabi Adam hingga Nabi Muhammad," terang Rubika, Kamis (23/6/2022).

Baca juga:
Fragmen Sejarah, Kartini Nyantri pada Mbah Sholeh Darat

Dengan adanya bukti Kitab Amjah tersebut, sudah pasti Lamongan merupakan salah satu lokasi penting tentang perkembangan Islam. Namun sayang, kitab yang tersimpan rapi di Museum Sunan Drajat tersebut mengalami korosi tinta, hingga membuat beberapa teks sulit dimengerti.

"Teks menggunakan Aksara Pegon dan Bahasa Jawa. Kondisi teks tidak utuh dan beberapa isi teks tidak dapat dibaca karena korosi tinta," ujarnya.

Meski begitu, terkait pengarang dan penulisnya belum diketahui betul. Pihak Pemkab Lamongan melalui Disparbud pun hingga kini berupaya agar manuskrip tersebut tetap terjaga termasuk makna dan isinya.

Baca juga:
Kisah Pembakaran Mobil Mallaby Diabadikan di Taman Sejarah Surabaya

"Ini juga sebagai salah satu bentuk pelestarian warisan budaya bendawi, sekaligus memberikan referensi pengetahuan dasar tentang isi dan nilai penting naskah koleksi Museum Sunan Drajat, bagi peneliti lanjutan yang akan mengkaji dalam perspektif berbeda," papar Rubika sambil menunjukan Kitab Salinan Amjah dalam Bahasa Indonesia.