Pixel Codejatimnow.com

Bakso Nuklir Khas Mojowarno Jombang, "Berkah" Perang Irak-Kuwait

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Bakso Nuklir milik Tedjo Sumarto (65), asal Desa Mojowarno. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Bakso Nuklir milik Tedjo Sumarto (65), asal Desa Mojowarno. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

Jombang - Perang antara Irak dan Kuwait pada tahun 1990 sampai tahun 1991, memberikan kenangan khusus bagi mereka yang hidup di era tersebut. Pasalnya, di era tersebut, sedang marak istilah nuklir.

Bahkan, istilah nuklir tersebut sempat viral keman-mana, hingga sampai ke suatu Desa di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Bagaimana tidak, ketika anda mendengar kata nuklir, pastinya yang terpikir adalah bom yang bisa menghancurkan dalam peperangan.

Tapi jangan salah, nuklir yang satu ini bisa membuat damai siapa saja. Apalagi bagi anda penikmati kuliner bakso.

Seperti yang dilakukan oleh Tedjo Sumarto (65), asal Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno, Jombang. Sumarto menamai kuliner bakso miliknya dengan sebutan Bakso Nuklir. Bakso Nuklir ini tentu saja bisa mendamaikan, lantaran membuat perut kenyang.

Dalam sehari Bakso Nuklir ini bisa "ngebom" ratusan hingga ribuan pengunjungnya. "Hari biasa sekitar 600 sampai 800 porsi. Kalau Sabtu dan Minggu bisa mencapai 1200 porsi," ucap Tedjo, pada sejumlah jurnalis saat ditemui di lokasi, Sabtu (5/3/2022) siang.

Tedjo menjelaskan, pada mulanya usaha bakso miliknya dirintis mulai tahun 1984. Saat itu, Tedjo berjualan bakso menggunakan becak di depan Rumah Sakit Kristen (RSK) Mojowarno. "Saat itu penghasilan hanya 4 ribu rupiah sehari, itu plus modal," ujarnya.

Usahanya pun sempat berpindah lokasi di depan lapangan Kecamatan Mojowarno, tak jauh dari RSK. Karena saat itu, pihak pemerintah daerah setempat melarang, adanya pedagang di sekitar area rumah sakit. Alhasil ia menyewa lapak di sekitar lapangan Kecamatan Mojowarno.

"Tahun 1991 pemerintah daerah tidak mengizinkan saya berjualan di pinggir jalan. Kita nyewa di depan lapangan Mojowarno, tepatnya di sebelahnya rumah sakit," katanya.

Bakso Nuklir dibuat dari bahan daging sapi terbaik.Bakso Nuklir dibuat dari bahan daging sapi terbaik.

Baca juga:
5 Resep Es Kekinian, Menyejukkan di Tengah Cuaca Panas Menyengat

Lantaran ingin usahanya lebih dikenal, Tedjo pun memeras otak, hingga terpikirkanlah nama nuklir. "Tahun 1991 waktu itu ada perang Irak-Kuwait, terus muncul nama Bakso Nuklir biar mudah dikenal orang. Alhamdulillah sampai sekarang bisa bertahan, karena bakso yang saya buat tanpa bahan pengawet," terang Tedjo.

Untuk kebutuhan daging, menurut Tedjo, setiap harinya bisa menyembelih satu ekor sapi. "Kalau hari biasa, satu ekor sapi bisa habis dalam waktu dua hari. Tapi kalau Sabtu dan Minggu, ya masing-masing satu ekor sapi. Sedangkan untuk omset, bisa mencapai Rp18 juta rupiah per hari," paparnya.

Saat ditanya apa yang menjadi perbedaan Bakso Nuklir miliknya dengan bakso pada umumnya. Tedjo menyebut, jika bakso miliknya dibuat dengan resep khusus, dan bumbu rahasia.

"Cirinya daging bagus, daging glonggongan saya gak mau. Dan daging yang bagus itu kalau dipegang lengket. Dan rasanya itu, tidak bisa diungkap dengan kata-kata. Namun khasnya, kalau ada teman makan, dan ada yang gak makan. Aromanya itu keluar dan membuat temannya jadi kepingin makan," tegasnya.

Untuk saat ini, Tedjo mengaku sudah membuka cabang di sejumlah wilayah yang ada di Jombang. "Ada 4 cabang, kalau pusatnya ya di sini, di Mojowarno, sebelah selatan rumah sakit Kristen," tukasnya.

Baca juga:
6 Resep Kudapan Berbahan Buah, Lezat dan Menyehatkan

Dengan rasa kuah yang khas, serta bakso daging sapi yang fresh, membuat kuliner Bakso Nuklir ini tak pernah sepi dari pengunjung.

Salah satunya adalah Eki, pelanggan tetap Bakso Nuklir yang sedari kecil tak pernah bosan. "Baksonya ini rekomended banget," paparnya.

Eki mengaku, bakso nuklir ini membuat ia kangen. Sehingga kalau ia sedang ingin makan bakso. Ia lebih memilih pulang dan makan Bakso Nuklir mili Tedjo Sumarto.

"Bakso nuklir ini punya khas tersendiri. Rasanya beda, dan kita bisa coba rasanya. Setiap kali lewat di sini, pasti saya mampir makan di sini. Dan namanya juga unik, jika nuklir ditakuti orang, di sini nuklir di cari orang," pungkas Eki.