Pixel Codejatimnow.com

Fenomena Pelajar Bertindak Asusila, Masalah Pelik dan Multifaktor

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Farizal Tito
Pemerhati pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya Holy Ichda Wahyuni. (Foto: Dok. Pribadi)
Pemerhati pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya Holy Ichda Wahyuni. (Foto: Dok. Pribadi)

Surabaya - Pemerhati pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) Holy Ichda Wahyuni memberikan tanggapan terkait fenomena pelajar bertindak asusila. Satu diantaranya, video asusila sepasang remaja di Alun-Alun Pacitan yang beredar di media sosial.

Menurutnya, fenomena tersebut merupakan permasalahan sistemik yang pelik dan multifaktor. Pasalnya, cara pencegahan tidak hanya ditinjau dari pengetatan pemantauan terhadap taman maupun tempat umumnya saja.

"Pengetatan pemantauan taman/tempat umum sebenarnya hanyalah salah satu di antara banyak cara dalam mengatasinya. Sebab pelaku masih akan mendapatkan celah untuk melakukan tindakan asusila di tempat lain," ujar Holy Ichda Wahyuni kepada jatimnow.com, Senin (24/1/2022).

"Ini murni kembali pada personal. Seperti yang saya singgung, itu adalah permasalahan sistemik yang perlu diruntut dan dibenahi pada segala lini," imbuh Dosen S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya ini.

Dari kacamatanya, tindakan tersebut murni berasal dari personalnya. Sehingga yang sangat vital dalam pencegahan tindak asusila tersebut ada pada pola cara mendidiknya.

"Baik itu pendidikan dalam keluarga, maupun pendidikan di sekolah. Terutama bagaimana penanaman sex education yang selama ini masih menjadi wacana yang semu pelaksanaannya," tegas penulis novel Ratih Dialektika Rasa ini.

Baca juga:
Sejoli Mesum di Taman Museum Probolinggo Resahkan Warga

Baca juga: 

Disadari atau tidak, tambahnya. perbincangan soal seks di lingkungan keluarga, maupun sekolah masih menjadi hal yang sangat tabu. Dicontohkannya, dalam penyebutan alat-alat reproduksi saja para masyarakat masih sering menggunakan nama lain.

"Secara langsung dan tidak langsung pada akhirnya remaja yang memasuki masa pubertas rasa keingintahuannya sangat tinggi. Kemudian saat masa itu juga hormon-hormon seksual sedang mengalami perkembangan untuk menuju pematangan," bebernya.

Baca juga:
Viral, Video Porno Berdurasi 30 Detik Disebut Terjadi di Madiun

Saat masa pubertas itulah jika tanpa adanya pendampingan dan edukasi seks sejak awal maka akan mencari pelampiasan seksual dengan jalan yang keliru. Misal dengan video porno, mencoba dengan kekasih dan lain sebagainya.

"Padahal, pendidikan seks bukan hanya soal hubungan badan, bukan hanya soal bercumbu, ciuman dan lain lain. Ada aspek aspek penting lain yang tadinya seharusnya bisa disampaikan secara benar akhirnya salah kaprah," ungkapnya.

"Semisal fungsi organ reproduksi, bagaimana proses pembuahan hingga terjadi kehamilan, bagaimana relasi antar lawan jenis yang tepat, makna otoritas terhadap tubuh, serta pengkategorian pelecehan dan lainnya," tandasnya.