Pixel Codejatimnow.com

UMSurabaya Terjunkan 6 Dokter Muda Tangani Psikososial Korban Semeru

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Farizal Tito
Dokter muda asal UMSurabaya mengajak anak-anak pengungsi erupsi Semeru bermain dan belajar bersama. (Foto: Humas UMSurabaya/jatimnow.com)
Dokter muda asal UMSurabaya mengajak anak-anak pengungsi erupsi Semeru bermain dan belajar bersama. (Foto: Humas UMSurabaya/jatimnow.com)

Surabaya - Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) terjunkan enam relawan dokter muda ke lokasi pengungsian erupsi Gunung Semeru. Mereka memberikan penanganan dan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial.

Dosen pembimbing para dokter muda yang juga menjabat sebagai koordinator devisi psikososial Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jatim, Era Catur Prasetya, mengungkapkan pentingnya penanganan kesehatan jiwa bagi korban bencana. Upaya tersebut harus dilakukan dengan melibatkan banyak elemen.

Kata Era Catur, agenda penanganan kesehatan jiwa bagi korban adalah sesuatu hal yang penting sekali. Fakultas Kedokteran UMSurabaya dan MDMC Jatim bekerja sama dengan beberapa elemen saling bahu-membahu memberikan pendampingan. Salah satunya adalah PDSKJI (Persatuan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia).

"Kami juga bekerja sama dengan RSUD dr. Haryoto Lumajang untuk melakukan follow up kondisi korban yang mengalami gangguan kesehatan jiwa,” ujar Era Catur, dokter spesialis jiwa yang juga dosen FK UMSurabaya.

Agenda pendampingan tersebut dilakukan di Desa Sumbermujur, Desa Penanggal, Desa Tempeh Tengah, dan Ponpes Ulul Albab di Kabupaten Lumajang. Kegiatan tersebut telah dilakukan sejak 9 Desember 2021.

Salah satu dokter muda, Wichda Shirosa Nerly menjelaskan bahwa tim telah melakukan identifikasi kondisi lansia dan psikologis anak di posko pengungsian.

Baca juga:
UM Surabaya Jadi Tuan Rumah Rakernas, Bakal Dihadiri Tokoh Nasional

Dari kondisi yang ada, Nerly menjelaskan, para relawan dokter di sana memberikan bantuan mulai dari akses informasi, bantuan logistik, hingga mempertemukan kepada keluarga yang terpisah.

“Cara kami mengetahui lansia yang menjadi korban sedang mengalami gangguan kesehatan jiwa adalah dengan melihat ekspresi mereka. Apakah mereka sedang murung, menyendiri, menangis, atau kondisi lain yang mencerminkan kecemasan. Kemudian kami mendekatinya dan mencoba mengajaknya bicara, mulai dari menanyakan kabar, hingga menanyakan harapan kedepannya," ujar Nerly.

Selain itu juga, Muhammad Ramzi dokter muda UMSurabaya menambahkan bahwa data korban yang mengalami gangguan kesehatan jiwa akan dilakukan rencana tindak lanjut bersama RSUD dr. Haryoto Lumajang.

Baca juga:
UM Surabaya Buka Prodi Baru S1 Desain Komunikasi Visual

“Semua kegiatan kami harus berkesinambungan hingga kondisi psikologi korban stabil dan kembali normal. Salah satu yang menjadi perhatian kami adalah korban dari usia anak. Sejak awal mereka kita ajak untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan. Dari bermain, mewarnai, hingga diberi hadiah supaya mereka bahagia dan kecemasan mereka berkurang," ujar Ramzi.