Pixel Codejatimnow.com

Guru Honorer di Ngawi: Tinggal dengan Kambing, Entaskan Buta Huruf

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Mita Kusuma
Sri Hartuti, guru honorer yang tinggal dengan kambing (Mita-jatimnow.com)
Sri Hartuti, guru honorer yang tinggal dengan kambing (Mita-jatimnow.com)

Ngawi - Sri Hartuti, seorang guru honorer yang mengajar di SDN 2 Panen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi kesehariannya tinggal bersama dengan kambing piaraannya di rumahnya berdinding anyaman bambu.

Sri bersama suami dan ketiga anaknya tinggal di rumah yang berdiri di atas tanah milik Perhutani.

Ia menyebutkan, dengan gaji Rp 350 ribu dirinya tidak dapat membangun rumah yang lebih layak untuk tinggal bersama keluarganya.

"Ya begini, rumah yang kami tinggali. Gentingnya banyak yang bocor. Di kamar tidur, kami pasang seng biar sedikit nyenyak," ujar Sri, Sabtu (23/10/2021).

Ia mengaku memelihara kambing untuk menyambung hidup. Namun, karena tidak ada lagi tempat maka kambing piaraannya itu dimasukkan ke dalam rumah.

"Ya gimana lagi tidak ada tempat. Anak saya sering diejek temannya karena tidur dengan kambing," ujar Sri.

Tetapi ejekan itu hanya dianggap angin lalu oleh keluarga mereka karena kambing itu digunakan untuk membantu perekonomian. Saat membutuhkan makanan, terkadang kambing itu dijual untuk membeli beras.

"Ya ndak mengapa diejek. Mereka belum tahu saja. Pas ndak punya uang, ya saya jual untuk beli beras. Nanti kalau ada uang lagi beli lagi," sebutnya.

Dia mengaku hanya bisa menghibur ketiga anaknya jika saat ini Allah sedang menguji keluarga mereka. Sri berharap kelak ketiga anaknya akan mengingat sulitnya hidup mereka di saat menjadi orang yang sukses.

Baca juga:
Mas Dhito Temui Guru Honorer di Kediri yang Rela Belikan Kebutuhan Siswa

“Biar mereka ingat bagimana rasanya menjadi orang tidak punya sehingga tidak sombong kalau sudah sukses,” harapnya.

Sri mengaku memilih menjadi guru honorer sejak 2007 karena saat itu di desanya banyak anak-anak yang tidak bisa membaca.

Ia menyebutkan, anak-anak tersebut telah duduk di kelas 4 namun belum bisa membaca dan menulis. Keadaan itu diperparah dengan orang tua siswa yang juga buta huruf karena tinggal di kampung terpencil di tengah hutan jati.

"Dulu sepulang sekolah, saya beri pelajaran tambahan biar anak-anak desa bisa membaca,” jelasnya.

Setelah 14 tahun mengajar, anak didiknya kini banyak yang sukses.

Baca juga:
Kepala SDN Tambegan Bangkalan Diduga Potong Gaji, Guru Honorer Buat Petisi

"Ada yang jadi pengusaha di Jakarta. Ada juga yang menjadi polisi," sebutnya.

Sri Hartuti berharap anak muda di desanya bisa menjadi orang yang berprestasi di tengah perkembangan jaman melalui ilmu yang mereka miliki.

"Sekolah itu penting untuk menggapai sukses," pungkasnya.