Pixel Codejatimnow.com

Ramai-ramai Warga di Surabaya Tolak Gedung Sekolah Jadi Tempat Isoman

Warga di sekitar gedung SDN Barata Jaya, Gubeng, Surabaya saat melakukan penolakan
Warga di sekitar gedung SDN Barata Jaya, Gubeng, Surabaya saat melakukan penolakan

jatimnow.com - Dipilihnya gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) Barata Jaya dan Gubeng Jaya I, Surabaya sebagai salah satu alternatif tempat isolasi mandiri (isoman) bagi penderita Covid-19 mendapat penolakan warga setempat.

Tempat isoman itu diperuntukkan bagi penderita Covid-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan. Terutama bagi warga yang lokasi rumahnya tidak memungkinkan digunakan sebagai tempat isoman.

Penolakan salah satunya dilakukan warga Barata Jaya RT 03 RW 05, Gubeng, Surabaya. Mereka tidak menghendaki bila SDN di Barata Jaya dipakai sebagai tempat isman, sesuai pilihan pihak kelurahan. Sejumlah warga membuat spanduk dan poster berisi penolakan atas kebijakan tersebut.

"Seluruh warga Barata Jaya menolak keras SDN Barata Jaya dijadikan tempat isoman (pasien) Covid-19," bunyi tulisan pada spanduk yang dibawa warga itu.

Poster-poster penolakan juga muncul di pagar dan dinding luar sekolah SDN Barata Jaya.

"Kami warga RW 05 menolak keras SDN Barata Jaya dijadikan tempat isoman, karantina," isi poster itu.

Sementara Ketua RT 03 Barata Jaya, Imam Setiono mengakui jika pemasangan spanduk dan poster itu adalah bentuk penolakan warga terhadap pemilihan SDN Barata Jaya tersebut menjadi tempat isoman pasien Covid-19.

"Kami pasang poster dan spanduk ini sebagai bentuk aspirasi dan penolakan kami. Karena info yang kami dapatkan sangat mendadak," terang Imam, Jumat (23/7/2021).

Imam mengaku bila dirinya baru mendapat informasi dari Pak Bon (Penjaga) SDN Barata Jaya bahwa sekolahan itu akan menjadi tempat isolasi mandiri.

"Infonya kami baru dapatkan kemarin, Kamis (22/7/2021) pagi. Itu warga saya dapat info dari Pak Bon dan kami sangat kaget," ungkap dia.

Imam berharap, ada pertimbangkan lokasi yang lebih tepat untuk tempat isolasi mandiri para pasien Covid-19.

"Pemilihannya juga harus mempertimbangkan lokasi. Di sini kan banyak lansia, daerah perumahan juga. Lalu akses menuju jalan besar juga sulit. Padahal saya sudah membatasi mobilitas warga," keluhnya.

Warga di sekitar gedung SDN Gubeng Jaya I, Surabaya saat melakukan penolakanWarga di sekitar gedung SDN Gubeng Jaya I, Surabaya saat melakukan penolakan

Penolakan juga dilakukan warga Gubeng Jaya, lantaran SDN Gubeng Jaya I juga dipilih sebagai salah satu alternatif tempat isoman.

Baca juga:
Pembangunan Green House Strowberi di Kota Batu Ditolak Warga

Ketua LPMK Gubeng, Sujadi mengatakan bahwa sebenarnya niatan warga setempat tidak ada niatan menolak. Namun warga berharap ada tempat lain yang lebih resenpretatif.

"Jadi gini, bukan penolakan intinya. Tetapi kita di Gubeng ini ada alternatif selain SD ini lebih yang resenpretatif. Lebih manusiawi untuk karantina atau isolasi mandiri," papar Sujadi.

Dari penolakan itu, warga sekitar akhirnya mendapatkan tempat isolasi lebih aman dibanding SDN Gubeng Jaya I, yaitu di Jalan Nias Nomor 11, Surabaya.

"Jadi untuk tempat yang kita berikan alternatif itu. Justru akan cepat menyembuhkan, karena rumah itu cukup besar dan kamarnya banyak. Cukup resenpretatif daripada sekolah ini yang hanya di dalam ruang kelas yang hanya bisa ditempati beberapa orang," tambahnya.

"Jadi bukan penolakan. Itu cuma beban psikologis warga yang mendengar tentang edukasi Covid-19 yang miris ya. Sehingga meraka tidak ingin lokasi sekolah yang padat penduduk seperti ini. Dan akses jalan masuk ini tidak memungkinkan untuk mobil masuk, itu intinya," lanjutnya.

Terpisah, Plt Camat Gubeng Deddy Irianto membenarkan bahwa satu lokasi yakni SDN Gubeng Jaya 1 sudah dipindahkan ke lokasi yang mudah dijangkau.

"Memang ada penolakan warga pada saat itu. Memang dari pertimbangan teknis, sewaktu-waktu apabila pasien itu membutuhkan penanganan medis. Butuh akses yang cepat di SDN Gubeng itu, saya rasa kurang memungkinkan," jelasnya.

Baca juga:
Melalui Musra Jatim, Mahasiswa ini Tolak Wacana Tiga Periode Jokowi

Deddy menambahkan bahwa memang di Kecamatan Gubeng ini setidaknya ada 6 Kelurahan, sehingga dibutuhkan 6 tempat isolasi.

"Jadi di Kecamatan Gubeng ini ada enam kelurahan. Sesuai perintah Wali Kota Surabaya (Eri Cahyadi), masing-masing kelurahan menunjuk satu tempat isolasi mandiri untuk warga khusus untuk kelurahan warga setempat," jelasnya.

"Jadi untuk di wilayah Kecamatan Gubeng sudah kita kondisikan. Untuk di Kelurahan Airlangga ada SDN Airlangga. Yang kita tunjuk SDN Barata Jaya.
Tapi karena pertimbangan teknis. Kebetulan ada lokasi pengganti, kita pindah di Jalan Nias Nomor 110," imbuhnya.

Kemudian, lanjut Deddy, di Kelurahan Kertajaya, itu ada di SDN Pucang Jajar. Lalu di Kelurahan Mojo di SDN Mojo 6 serta di Kelurahan Pucang Sewu memakai SDN Kertajaya.

Deddy berharap agar tidak ada penolakan lagi dari warganya. Sebab tempat isolasi mandiri itu memang untuk kepentingan warga sekitar.

"Tujuan utamanya ya untuk menyelamatkan masyarakat di sekitarnya. Dan dipastikan aman, karena yang diisoman ini orang tanpa gejala," pungkasnya.