Pixel Codejatimnow.com

Pilwali Surabaya 2020

Pejabat Publik ini Diminta Jelaskan Reklame Duet Bersama Risma

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Budi Sugiharto

jatimnow.com - Pegawai Negeri Sipil (PNS) alias Aparatur Sipil Negara (ASN) diminta berhati-hati dan diharuskan cuti bila maju mencalonkan diri menjadi wali kota Surabaya.

Hal itu disampaikan pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam melihat banyaknya reklame bergambar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi bersama Tri Rismaharini bertebaran di Kota Pahlawan.

"Menurut saya dalam kapasitas sebagai PNS/ASN memang harus berhati-hati," katanya kepada jatimnow.com, Selasa (4/8/2020).

"Karena regulasi relatif ketat pembatasannya. Jika memang yakin mau ikut kontestasi dan yakin akan mendapat rekom memang lebih baik segera cuti. Biar tidak mematik polemik berkelanjutan. Coba ditanyakan ke inspektorat. Kan PNS bisa cuti, 12 hari dalam setahun," tambahnya.

Dia juga meminta Eri untuk menjelaskan ke publik mengenai reklame bergambar dirinya dan wali kota Surabaya itu.

"Termasuk klarifikasi terkait pemasangan reklame itu oleh pihak mana dan apa ada kaitan langsung dengan kandidat. Saya kira itu akan ikut menjernihkan situasi dan tidak akan berkembang jadi polemik tak berkesudahan," imbuhnya.

Menurutnya, banyaknya reklame Eri Cahyadi yang bertebaran di Kota Surabaya merupakan suatu strategi dari individu agar mendapat rekomendasi dari partai untuk menjadi calon wali kota.

"Semarak baliho sosialisasi para kandidat di Surabaya menurut saya bagian dari strategi para bakal calon menjemput rekomendasi partai dan meningkatkan daya saing dan meningkatkan elektabilitas bakal calon. Terkait baliho bergambar Pak Eri dan Bu Risma menurut saya juga terkait sosialisasi bakal calon dan kepentingan bersaing mendapat rekomendasi partai," jelasnya.

Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji

"Itu strategi menarik karena bagian dari strategi transfer device guna mendapat Risma effect yang juga cukup signifikan di Pilwali Surabaya. Jika Bu Risma diam dan tidak bereaksi berarti menunjukkan tidak ada masalah dengan baliho itu dan itu bisa dibaca sebagai bentuk restu juga," tambahnya.

Reklame bergambar dirinya itu, kata dia, akan menimbulkan reaksi yang beragam dari publik dikarenakan Eri Cahyadi masih berstatus pegawai negeri di Pemerintah Kota Surabaya.

"Ya reklame itu bisa mematik prokontra, bagian dari kontes Pilwali Surabaya yang selalu hangat," ujar Surokim yang juga pengajar di Universitas Trunojoyo Madura (UTM).

Mengapa Risma diam gambarnya digunakan dalam reklame Eri?

Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak

"Dalam konteks reklame Bu Risma terkesan diam itu tidak biasa, apalagi reklame dan media sosialisasi yang lain juga sering begitu. Menurut saya itu bagian dari dukungan diam-diam beliau kepada kandidat," katanya.

"Jika Bu Risma tidak memberi restu, pasti reklame itu akan langsung mendapat reaksi beliau. Apalagi beliau itu orangnya tipikal yang lugas dan reaktif. Diamnya beliau menurut saya adalah restu tidak langsung," tandasnya.

Kepala Inspektorat kota Surabaya, Basari saat dikonfirmasi tidak memberikan respon pada pukul 07.35 Wib, Selasa (4/8/2020).

Pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam