Pixel Codejatimnow.com

Wabah Virus Corona

Pemijat Tunanetra di Surabaya Berharap ada Perhatian dari Pemkot

Editor : Redaksi  Reporter : Sandhi Nurhartanto
Ilustrasi jatimnow.com
Ilustrasi jatimnow.com

jatimnow.com - Merebaknya wabah Virus Corona (Covid-19) berdampak pada pemijat tunanetra di Surabaya. Mereka terpaksa tidak berani untuk bekerja karena takut tertular Virus Corona.

Salah satu pemijat tunanetra, Wahyu Setiawan menceritakan ketakutan untuk memijat para pasiennya karena adanya Virus Corona.

"Saya sedikit paranoid dan kebetulan pasien saya kan kebanyakan Chinese. Kami beresiko tinggi karena pijat bersentuhan langsung," kata pria berumur 50 tahun itu saat dihubungi, Selasa (7/4/2020).

Warga kawasan Sawentar itu menyebut jika teman-temannya lain yang tergabung dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kota Surabaya juga mengeluhkan tentang tidak bekerjanya mereka saat ini.

"Sudah 3 minggu ini kami tidak kerja. Banyak teman mengeluh karena tanggungan kontrakan rumah.
Kami tolong dibantu, jangan dibiarkan saja," ujar Wahyu yang memiliki dua anak itu.

Baca juga:
Golkar Jatim Siapkan Kegiatan Sambut Ramadan, Pengurus Daerah Wajib Tahu

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Surabaya, Eni Zuliati mengatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyiapkan jaring pengaman sosial bagi pemijat tunanetra di Kota Pahlawan.

"Pemkot sudah menyiapkan jaring pengaman sosial dan kami sedang mendata dan mengusulkan untuk memberikan bantuan sembako. Sebelumnya, para pemijat tunanetra telah mendapat permakanan karena masuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," katanya.

Ia menyebut, tercatat di Surabaya sendiri ada 153 anggota Pertuni dari berbagai profesi. Mulai dari guru, penjual pracangan dan pemijat.

Baca juga:
Menkes Perkirakan Pandemi Covid-19 Berubah jadi Endemi

Sedangkan untuk therapist di Siola sendiri, Pemkot Surabaya menaungi 15 pemijat tunanetra terdiri dari 8 laki dan 7 wanita.

Khusus untuk therapist di Siola sendiri selama ada Virus Corona memang ditutup untuk sementara guna mencegah penyebaran wabah tersebut.

"Untuk therapist, mereka bisa beraktifitas dan bukan adanya larangan untuk mencari penghasilan.
Cuma kami khawatir bila diteruskan akan menularkan," tandasnya.