Pixel Codejatimnow.com

Rencana Renovasi Masjid Bersejarah di Ponorogo Jadi Perdebatan Netizen

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Mita Kusuma
Masjid Baiturrohman, masjid bersejarah di Dukuh Setono, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo
Masjid Baiturrohman, masjid bersejarah di Dukuh Setono, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo

jatimnow.com - Rencana renovasi Masjid Baiturrohman Setono Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo jadi perdebatan netizen di media sosial. Perdebatan terpantau di grup WhatsApp Karang Taruna Ponorogo hingga Ponorogo Community.

Masjid bersejarah itu melahirnya tokoh-tokoh islam berpengaruh, salah satunya Kiai Ageng Muhammad Besari, pendiri masjid di Tegalsari Jetis itu. Kiai Ageng merupakan tokoh penyebar ajaran Islam di Ponorogo yang tercatat pernah belajar di masjid tersebut.

Imam Masjid Baiturrohman Setono, Imam Sudrajat angkat bicara. Dia mengaku bahwa renovasi yang akan dilakukan tidak menyeluruh dan hanya di bagian tertentu saja.

"Rencananya hanya meninggikan bangunan induk," ungkap Sudrajat, Rabu (11/3/2020).

Sudarajat kemudian sedikit mengulik sejarah masjid itu. Katanya, masjid yang berdiri di Dukuh Setono, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis itu dibangun sekitar Tahun 1600 oleh Kiai Donopuro dan para saudaranya.

Masjid tersebut juga menjadi tempat belajar para pemuka agama Islam. Di antaranya Kiai Ageng Muhammad Besari, putra dari Kiai Anom Besari, yang sempat menjadi santri kesayangan Kiai Donopuro.

Dari masjid ini pula lahir peradaban Islam yang cukup berpengaruh. Dan hingga Tahun 1982, masjid itu belum punya nama hingga pada tahun itu pengurus dan warga setempat sepakat memberi nama Masjid Baiturrohman.

"Selama ini, dari penuturan saksi-saksi sejarah, masjid sudah beberapa kali dipugar. Jadi tidak hanya sekali ini saja," tegasnya.

Baca juga:
Masjid Jami' Nurul Huda, Jejak Penyebaran Islam di Bojonegoro

Sudrajat menyebut, masjid ini pertama kali dipugar pada 1924. Waktu itu, fondasi masjid ditinggikan. Dinding yang semula hanya anyaman bambu diganti tembok dengan ketebalan sekitar 40 sentimeter. Selain itu, juga ada pembangunan serambi untuk memperluas masjid.

Pemugaran kedua dilakukan pada Tahun 1992. Waktu itu dinding yang awalnya setebal 40 sentimeter diganti material bata sehingga ketebalan dindingnya berkurang menjadi 30 sentimeter.

"Tetapi di masjid ini, material-material aslinya masih ada. Tidak semua diganti," sebutnya.

Contohnya adalah kayu. Sudrajat mengaku bahwa kayu yang ada di masjid itu masih sesuai aslinya. Fondasi usuk juga tidak pernah diganti.

Baca juga:
Masjid Agung Kota Mojokerto Berusia 143 Tahun Selesai Direnovasi

"Paling-paling yang diganti hanya reng dan gentengnya," tambah Sudrajat.

Sudrajat tak menampik bahwa rencana renovasi oleh pengurus masjid memantik reaksi masyarakat. Namun sejatinya, engurus tidak berencana membongkar total masjid tersebut.

"Rencana kami bangunan induk itu ditinggikan dindingnya, supaya sirkulasi udaranya lebih sehat. Masyarakat berpikir kalau akan diubah total, padahal tidak," tandasnya.