Pixel Codejatimnow.com

Pilwali Surabaya 2020

Membaca Peluang Duet Machfud Arifin-Azrul Ananda

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Jajeli Rois
Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin dan Azrul Ananda
Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin dan Azrul Ananda

jatimnow.com - Calon Wali Kota Surabaya, Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin 'memberikan sinyal' akan menggandeng Presiden Persebaya Azrul Ananda sebagai bakal calon wakil wali kota.

Mungkinkah bisa berduet di Pilwali Surabaya 2020, mengingat keduanya bukan kader partai politik.

"Jika Mas Azrul masuk skema menjadi cawawali Pak Machfud, maka Pilwali Surabaya akan kian kompetitif dan seru," ujar peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, Senin (27/1/2020).

Surokim memyambut baik milenial seperti putera Dahlan Iskan itu ikut running Pilwali Surabaya 2020.

"Mengapa saya menyambut baik, karena politik masa depan adalah konteks politik yang selalu membutuhkan kebaharuan, baru terbarukan dan dalam politik 2024 nanti pemilih milenial akan menjadi mayoritas," tuturnya.

"Maka kalau tidak ada milenial yang mendapat kepercayaan dalam pilkada kali ini, maka sebenarnya politik sedang melawan kehendak zaman," tambahnya.

Menurut staf pengajar di Universitas Trunojoyo Madura (UTM), selama ini sulit mendesakkan calon milenial untuk bisa mendapatkan panggung atau dapat diusung partai-partai.

Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji

"Jadi jika Mas Azrul diusung tentu ini kabar baik, kabar positif dan sekaligus (langkah) cerdas," katanya.

Menurutnya, kehadiran calon milenial akan mendinamiskan suasana politik Surabaya.

"Apalagi jika calonnya plus menjanjikan maka akan punya daya pikat untuk pemilih liar di Surabaya yang masih tinggi," terangnya.

Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak

Kata Surokim, duet mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin dengan figur milenial Azrul Ananda yang sama-sama bukan kader partai politik memiliki plus minus.

"Calon non kader tentu akan mengurangi gab ego partai pengusung dan malah lebih mudah mensolidkan partai," ujarnya.

"Hanya saja memang akan mendapat sorotan bahwa kader partai tidak ada yang dimajukan tapi dalam konteks pilkada case banget sering terjadi dan biasanya malah kian membuat leluasa khususnya pada pemilih non ideologis, pemilih rasional yang selalu swing dan cenderung undecided," sambung dia.