Pixel Codejatimnow.com

KKN Mahasiswa Surabaya ini Dukung Desa Wisata Budaya di Ponorogo

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Narendra Bakrie
Festival Malam Bulan Purnama dan Gebyar Budaya
Festival Malam Bulan Purnama dan Gebyar Budaya

jatimnow.com - Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang berlangsung di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo bertepatan dengan Festival Malam Bulan Purnama dan Gebyar Budaya.

Dalam acara tersebut, warga desa menampilkan berbagai kesenian khas desa. Selain reyog, ada pula seni Gajah-Gajahan, atraksi Pencak Silat, Orkes Melayu, dan banyak lagi penampilan lainnya.

Festival yang diselenggarakan pada 11-12 Januari kemarin merupakan inisiatif dari warga desa yang didukung penuh oleh Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Dalam pelaksanaan KKN di desa tersebut pada 6-17 Januari 2020, program kerja dari tiga puluh mahasiswa yang terlibat diarahkan untuk membangun pondasi desa wisata budaya di Plunturan.

"Masing-masing mahasiswa berkontribusi sesuai dengan keahliannya masing-masing. Misalnya, mahasiswa teknik merancang beragam infrastruktur yang dibutuhkan oleh desa wisata. Sedangkan, mahasiswa sastra melakukan pemetaan dan pengarsipan kesenian desa," ujar Amalia Nurul, selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dalam siaran pers yang diterima redaksi, Selasa (14/1/2020).

Selain itu, dari kegiatan KKN juga digelar inovasi pengolahan ubi yang merupakan sumber daya alam utama desa menjadi brownies ubi.

Olahan ini, ditambah dengan kreasi suvenir penciri desa, diharapkan dapat menjadi oleh-oleh khas Desa Plunturan sebagai desa wisata budaya.

Baca juga:
UMS Berangkatkan 1.026 Mahasiswa KKN ke 6 Kabupaten di Jatim hingga Papua

Mbah Bikan, salah satu sesepuh budayawan Desa Plunturan mengatakan pihaknya berupaya untuk berkreasi dan berinovasi dengan Reyog.

Menurutnya, Reyog pakem lama merupakan kesenian Reyog asli Ponorogo yang belum tersentuh pembaruan. Kesenian ini masih murni mengikuti ajaran leluhur.

Baik dari segi musik pengiring, pakaian penari, maupun gerakan tarian. Menamakan diri sebagai Reyog Onggopati, pengelolaan dan pelatihan reyog di Desa Plunturan dilakukan secara lintas generasi.

Baca juga:
UMSurabaya Bakal Bukukan Sederet Inovasi Mahasiswanya Selama KKN

"Anak-anak memang sudah dikenalkan dan bahkan ikut berpartisipasi dalam penampilan reyog desa, dengan harapan agar tiap generasi selalu memiliki penerus untuk pelestarian kesenian Reyog pakem lama," terangnya.

Keunikan lain yang dimiliki oleh desa ini ialah keberadaan penari Reyog perempuan. Pertama kali dibentuk pada tahun 2012, kini para wanita dewasa maupun remaja di Plunturan mampu mengisi berbagai posisi pada penampilan Reyog.

Mulai dari jathil, warok, ganongan, maupun barong. Meski sempat ditentang oleh beberapa pihak karena selama ini Reyog identik dengan laki-laki, kini Reyog perempuan Desa Plunturan telah mengantongi izin dan terdaftar secara resmi di Dinas Pariwisata Ponorogo.