Pixel Codejatimnow.com

Cerita Hilda saat Tertimpa Reruntuhan Atap SDN Gentong

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Moch Rois
Garis Polisi dibentangkan di lokasi ambruknya atap empat ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan (Foto: Budi Sugiharto/jatimnow.com)
Garis Polisi dibentangkan di lokasi ambruknya atap empat ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan (Foto: Budi Sugiharto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Ambruknya atap empat ruang kelas di SDN Gentong, Kota Pasuruan, membuat para siswa yang terluka trauma. Selain terjadi pada saat kegiatan belajar berlangsung, peristiwa itu juga merenggut nyawa guru dan salah satu siswa.

Salah satu siswa yang terluka yaitu Dina Hilda Handini, murid kelas 5A. Jari kaki kanannya masih diperban, setelah proses operasi tulang akibat tertimpa reruntuhan atap ruang kelas sepekan lalu.

Namun, keceriaannya sudah tampak terlihat saat ia mengikuti sesi trauma healing di gedung Madrasah Diniyah (Madin) Al-Ghofuriyah, Selasa (12/11/2019).

"Iya, senang bisa sekolah lagi," ucap bocah 11 tahun ini.

Hilda mengaku tak sabar untuk kembali bersekolah, karena ingin segera mendapat mata pelajaran favoritnya, yaitu Matematika dan SBDP (Seni Budaya dan Prakarya).

"Yang paling saya suka, Matematika dan SBDP," terang siswa yang meraih peringkat tiga ini.

Kaki kanan Hilda masih diperban akibat tertimpa reruntuhan atap ruang kelas SDN Gentong, Kota PasuruanKaki kanan Hilda masih diperban akibat tertimpa reruntuhan atap ruang kelas SDN Gentong, Kota Pasuruan

Hilda pelan-pelan bercerita sebelum petaka itu terjadi. Saat itu, ia dan teman sekelasnya sedang berada di luar kelas, lantaran sedang mengikuti pelajaran olahraga. Karena dahaga melanda, Hilda masuk ke ruang kelas untuk mengambil botol air minumnya.

Baca juga:
Atap Sekolah di Probolinggo Ambruk Usai Diguyur Hujan Deras

"Saat itu, saya mau ambil botol air minum. Tiba-tiba atapnya runtuh (ambruk)," kisahnya.

Beruntung, reruntuhan atap yang menimpa tubuhnya itu hanya melukai jari kakinya. Tim Dokter RSUD R Soedarsono pun, berhasil membenahi tulang kakinya itu akibat insiden tersebut.

"Sekarang sudah tidak takut lagi," ungkap Hilda.

Saat mengikuti trauma healing, Hilda mengaku bila orangtuanya hanya bisa mengantarnya tanpa mendampinginya. Sebab orangtuanya harus bekerja.

Baca juga:
Atap 2 Kelas SDN Ngadiluwih Bojonegoro Ambruk, Dinas Pendidikan Slow Respons?

"Ayah hanya mengantar. Setelah itu berangkat kerja," tambahnya.

Tentunya ini berbeda dengan siswa lain yang masih ditemani oleh orangtuanya saat bersekolah di tempat relokasi gedung Madarasah Diniyah.

Beruntung, tim relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Pasuruan, bersedia memapah Hilda, selama berlangsungnya trauma healing. Baik secara kelompok atau memapah masuk dan keluar kelas.

"Orangtuanya bekerja. Jadi selama Hilda di sini, Tagana yang membantu dan menggendongnya. Kan jarinya masih diperban usai operasi tulang," sambung Solikhan, Relawan Tagana Kota Pasuruan, usai memapah Hilda keluar dari ruang kelas V.