Pixel Codejatimnow.com

Cerita Satu Tahun Kasat Lantas Ponorogo AKP Bambang Prakoso

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Mita Kusuma
Kasat Lantas Ponorogo, AKP Bambang Prakoso
Kasat Lantas Ponorogo, AKP Bambang Prakoso

jatimnow.com - Tidak pernah menginjakkan kaki di Ponorogo sempat membuat bingung AKP Bambang Prokoso saat didapuk menjadi Kasat Lantas di bumi reyog tersebut. Wilayah Kabupaten Ponorogo, bagi lulusan Akpol 2007 ini terasa asing. Kisah Kasat Lantas AKP Bambang dalam mengemban tugas ini cukup menarik untuk dikulik.

Suasana ruang kerja AKP Bambang tampak berbeda dengan kasat yang lain. Jika sebelumnya di ruang kerja kepala satuan kopel putih itu hanya ada meja kerja dan meja tamu. Saat ini ada layar besar terpampang.

"Kalau ini buat gelar perkara. Kan lantas ada gelar perkara juga. Biar lebih mudah mencernanya daripada harus pakai papan tulis," jelas AKP Bambang saat ditemui jatimnow.com di ruang kerjanya, Senin (7/10/2019).

AKP Bambang mengaku pertama kali berkopel putih (istilah untuk satuan lalu lintas) di bumi reog 11 bulan lalu. Bahkan saat Telegram Rahasia (TR) keluar masih ada rasa tidak percaya.

"11 bulan lalu saya kaget saat dapat TR. Nama saya ada menjadi Kasat Lantas Polres Ponorogo. Satuan yang tidak pernah saya ketahui. Walaupun bapak terkahir juga tugas di satuan lantas," jelas pria kelahiran 1 Februari 1986 ini.

Dia lantas bercerita, tugas pertama di Polda Banten. Diriya dikirim ke Polres Cilegon untuk dijadikan KSPKT. Tak lama, kata dia, ditugaskan menjadi Kanit Reskrim di Polsek Ciwandan.

"Jadi lulus 2007 itu saya ditugaskan di satuan reskrim. Tidak ada lantas-lantasnya. Dan itu berlanjut hingga saya sekolah lagi PTIK selama 1.5 tahun," jelas ayah dari Cattleya Marzia Nur Prakoso ini.

Setelah lulus PTIK, AKP Bambang mengaku ditempatkan di divisi hubungan internasional Polri atau di markas besar (Mabes). Dia mengatakan ditugaskan selama dua tahun. Kemudian ada kesempatan untuk menjadi ajudan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno.

"Saya ditawari. Saya telepon bapak dan ibu di Surabaya. Kebetulan diijinkan ya saya coba saja saat itu. Kebetulan status juga masih single. Jadi belum ada pikiran bagaimana anak dan bagaimana istri," ujarnya.

Dia menegaskan, menjadi ajudan adalah kesempatan langka untuk lulusan AKPOL. Dirinya pun memanfaatkan baik-baik. Dari yang sebelumnya jukdir nya reskrim dan harus mengurusi administrasi.

"Butuh penyesuaian yang tidak gampang. Saya basicnya reskrim lalu ke administrasi. Jadi ajudan itu harus mau disuruh-suruh. Tapi saya bawa enjoy," jelas lulusan SMAN 1 Palembang ini.

Baca juga:
Anggota TNI di Ponorogo Gembalakan Ratusan Domba ke Hutan, Ini Alasannya

Suami dari Adisti Erlina ini mengatakan, selama dua tahun sebagai ajudan banyak pengalaman yang didapatkan. Dia mengatakan selama menjadi ajudan mengetahui banyak tahu tentang kementerian dan pekerjaannya apa saja.

"Kerjaannya pak mensesneg kan ngurusin presiden, jadi kalau kunjungan kerja ikut, kita ikut rombongan presiden. Ngerasain naik pesawat kepresidennan," jelasnya.

Pun untuk perjalanan, AKP Bambang mendapatkan mengalaman saat kunjungan kerja ke Kepulauan Nias. Dirinya harus berganti pesawat dua kali.

"Sampai nias nya ganti pesawat cn235 yang tempur, karena memang bandaranya kecil," tegasnya.

Baca juga:
Arus Balik dan Mudik, 122.958 Orang Naik Bus dari Terminal Seloaji Ponorogo

Setelah dari Ajudan, AKP Bambang dipindah tugaskan di Polda Jatim. Menurutnya, saat di Polda Jatim memang sudah bertugas di kopel putih. Dirinya meminta bertugas di bagian lalu lintas.

"Posisinya saat di Polda Jatim itu sudah menikah. Saya ingin ada banyak waktu buat keluarga. Tapi ya pasarah saja mau ditugaskan di satuan mana. Polisi kan gitu," terangnya.

Dia mengaku saat TR dirinya menjadi Kasat Lantas Polres Ponorogo langsung menghubungi istrinya.

"Kami sama-sama kaget. Yang ada dibenak saya hanya satu, yakni satenya nya enak. Belum tahu lain-lainnya," tegasnya.

Dia mengatakan 10 hari sebelum resmi menajdi kasat lantas Polres Ponorogo, diirnya bersama istri melakukan long trip dari Surabaya ke Ponorogo kemudian lanjut ke Yogyakarta. Dia mengatakan pandangan pertama, di Ponorogo, yang pertama berkesan adalah bunderan bisa kanan kiri.

"Waktu pertama ke sini, saya pikir putar balik itu bunderan, dan saya pikir, namanya bunderan, memutar searah jarum jam tapi di sini gak begitu," jelasnya.

Namun, selama setahun akhirnya bisa menyesuaikan. Dia mengatakan belum bisa mencapai apapun. Tapi sedikit demi sedikit sudah bisa memahami karesteristik orang Ponorogo.

"Ponorogo kota kecil. Tapi setiap tahunnya kendaraan yang bertambah pasti banyak," tegas pria yang punya hoby bersepeda ini.

Dia mengaku bersyukur didapuk menjadi kasat lantas polres Ponorogo. Menurutya banyak yang bisa dipelajari. Termasuk mengembangkan hoby bersepeda nya.

"Banyak yang bisa saya pelajari di Ponorogo. Saya dapat anak juga saat tugas di Ponroogo. Ponorogo membawa berkah. Dan semoga saya bisa menyelesiakan sampai selesai tanpa ada maslaha apapun," harapnya.