Pixel Codejatimnow.com

9 Hari Perjalanan Tim Jatanras Mengungkap Mutilasi Penari Asal Kediri

Editor : Redaksi  Reporter : Narendra Bakrie
AKBP Leonard Sinambela (berdiri paling atas) saat memimpin tim gabungan dalam membongkar kasus mutilasi penari asal Kediri
AKBP Leonard Sinambela (berdiri paling atas) saat memimpin tim gabungan dalam membongkar kasus mutilasi penari asal Kediri

jatimnow.com - Terungkapnya dua pelaku mutilasi Budi Hartanto (28), penari asal Mojoroto, Kota Kediri tidak lepas dari kerja keras tim gabungan yang dipimpin Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Leonard Sinambela. Kerja keras tim ini terbayar setelah 9 hari melakukan penyelidikan di lapangan.

Tim gabungan itu terdiri dari 15 anggota Subdit Jatanras Polda Jatim dan 40 anggota Satreskrim Polres Blitar Kota, Polres Kediri serta Polres Kediri Kota. Tiga polres itu dilibatkan oleh Leonard karena locus delicti (tempat kejadian) awalnya diduga di tiga daerah tersebut.

"Basecamp kami berpindah-pindah mulai dari tiga polres itu sampai ke polsek-polsek jajarannya," ungkap Leonard, Selasa (16/4/2019).

Leonard dan tim Jatanras Polda Jatim memang turun ke TKP sejak tanggal 3 April 2019 ketiga warga di sekitar Jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, tempat mayat Budi yang dimasukkan ke dalam koper ditemukan.

"Hari pertama kami fokus untuk mengungkap identitas korban," terang Alumnus AKPOL tahun 2000 ini.

Setelah mengantongi nama korban, yaitu Budi Hartanto, Leonard dan timnya bergerak ke sekitar rumah korban di Jalan Taman Melati, Mojoroto, Kota Kediri. Dari sini, terungkap bahwa korban sehari-hari merupakan guru honorer yang sekaligus pengelola sanggar tari dan juga aktif sebagai penari.

"Setelah identitas dan pekerjaan korban terungkap, kami langsung melacak siapa saja orang terdekat korban," tambah Leonard.

Di hari kedua hingga kelima, Leonard dan timnya fokus pada pemeriksaan 9 pria yang terdeteksi berhubungan intens dengan korban. Sebab belakangan diketahui bahwa korban merupakan pria pecinta sesama jenis.

Namun, dari 9 pria teman dekat korban itu, tidak ada alibi yang mengarah ke pelaku pembunuhan. Apalagi di hari kelima itu, Leonard dan timnya mendapat keterangan bahwa korban tidak pernah bercerita telah berteman dengan siapa saja.

"Waktu itu sempat kami fokuskan pada pria yang mendirikan sanggar tari bersama korban. Tapi alibinya juga tidak mengarah kepada pelaku," beber mantan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya ini.

Setelah 9 pria yang diperiksa itu tidak mengarah sebagai pelaku, Leonard kembali melakukan konsolidasi bersama tim yang dipimpinnya. Di hari keenam, mereka memetakan kebiasaan korban pergi, mulai dari rumah, ke sekolah tempatnya mengajar hingga ke sanggar tari serta di mana saja korban biasa nongkrong.

"Dari pemetaan itu, kami menemukan petunjuk ada sebuah warung yang kerap disinggahi korban pada malam hari dalam sebulan terakhir sebelum dibunuh dan dimutilasi pelaku," papar Leonard.

Di hari ke tujuh pada malam hari, Leonard menuju warung yang dimaksud yaitu di Jalan Surya No. 272, Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Namun, tim ini seolah tidak menemukan petunjuk setelah melihat warung nasi goreng itu dalam keadaan terkunci rapat.

Meski begitu, Leonard dan timnya tidak patah arang. Mereka menyebar untuk meminta keterangan warga sekitar. Hingga tim ini bertemu seorang ibu yang rumahnya berada tepat di belakang warung tersebut.

Baca juga:
Sudah P21, Dua Pelaku Mutilasi Penari di Kediri Dilimpahkan ke Kejari

"Si ibu itu bercerita sempat mendengar suara orang bertengkar dari warung itu, tepatnya pada tanggal 2 (April 2019) malam," sambungnya.

Mendengar pengakuan itu, tim ini memeriksa intensif sang ibu hingga terungkaplah siapa pemilik warung dan siapa yang menyewanya. Nama Aris Suginto (34) salah satu pelaku mutilasi muncul sebagai penyewa warung itu.

"Malam itu juga, kami langsung meminta ke pemilik warung agar membuka warung itu," ujar Leonard.

Setelah warung terbuka, tim ini memeriksa setiap bagian warung yang barang-barangnya sudah bersih tersebut. Dan berkat ketelitian, tim menemukan batu pengasah pisau dan dinding tembok yang terdapat bercak yang diduga darah.

"Kalau yang di batu pengasah, bercaknya masih utuh. Kalau yang di dinding, bercak itu terlihat sudah dibasuh dengan air," lanjutnya.

Atas kecurigaan itu, Leonard mendatangkan Tim Labfor dari RS Bhayangkara di Kediri untuk mengidentifikasi bercak tersebut. Setelah dipastikan bercak itu merupakan darah manusia, Leonard dan timnya langsung bergegas menuju rumah Aris di Desa Mangunan, Kacamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Namun, sampai di rumah itu, tim ini hanya mendapati ibu dan adik Aris. Sedangkan target utama yaitu si Aris, sudah pamit pergi ke ibunya sejak tanggal 7 April 2019.

Baca juga:
Masa Penahanan Dua Tersangka Mutilasi Penari Asal Kediri Diperpanjang

"Kami kemudian menginterogasi ibu dan adik Aris di polsek terdekat. Dari itulah kami mendapat keterangan bahwa Aris telah membunuh seseorang bersama Aziz," papar Leonard.

Karena Aris telah kabur, pengejaran difokuskan kepada Aziz Prakoso (23) di Kediri. Tim ini kemudian menyanggong Aziz di rumahnya di Desa/Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Dan setelah beberapa saat, Aziz pulang ke rumahnya dan langsung disergap hingga menyerah di lahan belakang rumahnya.

"Kami keler Aziz ke dalam rumahnya dan kami menemukan HP serta plat nomor motor Scoopy milik korban di dalam kamar Aziz," kata Leonard.

Keesokan harinya, Aziz dikeler lagi ke tempat pembuangan kepala korban yaitu di bantaran Sungai Ploso Kerep, Desa Bleber, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri hingga kepala itu ditemukan 1,5 km dari titik pembuangan karena hanyut terbawa arus sungai.

"Setelah Aziz, kami fokus melacak keberadaan Aris yang telah kabur. Dan ia terlacak berada di Jakarta di hari ke 9 penyelidikan," urainya.

Tidak ingin buruannya kabur, Leonard berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk menangkap Aris yang hendak kabur ke Lampung. Aris pun berhasil ditangkap di Jalan Tol Tengah Kota Jakarta saat menumpang sebuah bus yang akan membawanya ke Lampung.

"Sepanjang penyelidikan, kami semua tidak berani kembali ke mako masing-masing. Karena kasus ini menjadi atensi pimpinan. Dan syukurlah, kerja keras kami semua terbayar setelah 9 hari penyelidikan dengan berhasil menangkap kedua pelaku sekaligus kepala korban yang dimutilasi," tutup Leonard.