Pixel Codejatimnow.com

Mahasiswa ITS Ciptakan Mesin Pengolahan Nikel Berkadar Rendah

Para mahasiswa saat memasukkan bahan baku ke dalam MBF di ITS
Para mahasiswa saat memasukkan bahan baku ke dalam MBF di ITS

jatimnow.com - Fakultas Teknologi Industri Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), membuat terobosan yang mengagumkan. Para mahasiswa tersebut mengolah bijih nikel laterit menggunakan smelter mini blast furnace (MBF) ITS yang dirancang sendiri.

Mini blast furnace sendiri merupakan alat yang digunakan untuk melebur bijih nikel dengan batu bara dan batu kapur yang dimasukkan ke dalam blast furnace atau tanur tiup untuk mereduksi secara kimia dan mengkonversi secara fisik menjadi logam besi panas.

Sebagai informasi, MBF ITS ini dapat mengolah sebanyak 10 ton bahan baku yang akan dijadikan logam panas dengan kandungan nikel sebanyak 70-80 persen.

Kepala Laboratorium Pengolahan Bahan, Fakultas Teknologi Industri ITS, Sungging Pintowantoro mengatakan, dari bijih Nikel yang di dapat dari tambang yang di sintering (proses pemadatan) dalam bentuk gumpalan kemudian dimasukkan ke dalam alat MBF dicampur dengan batu bara dan batu kapur.

"Dari hasil pembakaran selama kurang lebih sekitar 3 jam, hasil pembakaran di dalam MBF akan menghasilkan logam besi yang panas," terang Sungging kepada jatimnow.com, Minggu (25/11/2018).

Mesin ini menggunakan teknologi berbahan bakar batu bara. Sungging mengatakan, mesin pengolahan bijih nikel berbahan bakar batu bara merupakan yang pertama kalinya di Indonesia.

"Kalau menggunakan batu bara baru pertama kali ini, yang lain itu kalau di lapangan biasanya menggunakan kokas. Menggunakan batu bara yang besar besar itu ada teknologinya berbeda seperti yang di mantam pale," jelasnya di sela-sela pembuatan nikel.

Selain itu, mesin ini dapat mengolah bijih nikel berkadar rendah, tidak seperti mesin pengolah lain yang hanya berbatas pada kadar tinggi saja. Tentu hal ini sangat menguntungkan terutama bagi pengusaha yang kerap kali membuang bijh nikel berkadar rendah karena tak dapat diolah.

"Dan sementara ini kami buang, kalau enggak dijual ke luar negeri. Dengan adanya alat ini kami sangat antusias bisa mewujudkan ini menjadi nyata," ujar Sugeng.

Sementara itu Sugeng Hariadi dari PT Karya Murni Sejati 27 (KMS27) mengatakan, sebagai bentuk kerja sama PT KMS 27 dan Lab Teknologi Pengolahan Mineral & Material, Jurusan Metalurgi ITS, pihaknya mendukung penuh atas terobosan yang telah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Teknologi Industri.

"Karena bisa memproses nikel sendiri, menguntungkan perusahaan dan masyarakat. Kalau ada alat ini kami bisa menjanjikan ada ekspor tambahan, karena nikel di Indonesia sangat luar biasa tapi belum ada pengolahan, masih tergantung alat di luar negeri," kata Sugeng.

Tak hanya itu, dari uji coba terakhir ini akan menjadi suatu keberhasilan berikutnya untuk proses produksi. Nikel yang diproses akan lebih banyak.

"Ini final trial. Ini saya yakin keberhasilan berikutnya menjadi skala produksi. Keuntungan bagi pemerintah nikel yang diproses akan lebih banyak, tidak ada yang terbuang dan di ekspor," pungkasnya.

Baca juga:
Jadwal Pendaftaran dan Tes Masuk Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ITS