Pixel Codejatimnow.com

Ini Cara Dharma Wanita Surabaya Semangati Guru Pembimbing ABK

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Farizal Tito
Para Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya bersama 120 Guru Pembimbing Khusus (GPK) usai nobar.
Para Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya bersama 120 Guru Pembimbing Khusus (GPK) usai nobar.

jatimnow.com — Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya bersama 120 Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari 40 sekolah inklusi Surabaya menggelar nonton bareng (nobar) film 'Dancing In The Rain' di Ciputra World Surabaya, Jumat (19/10/2018).

Film Dancing in The Rain ini bercerita tentang seorang anak kecil bernama Banyu yang mengalami gangguan psikis spektrum autis dan ditelantarkan oleh orang tuanya.

Bahkan, sejak kecil anak itu diasuh Eyang Uti (Christine Hakim) dengan harapan dewasa nanti Banyu memiliki optimis hidup layaknya orang normal.

Tidak hanya Eyang Uti yang menyayangi Banyu. Dua temannya bernama Radin dan Kinara, juga merasakan ada hal yang istimewa pada sosok Banyu. Ketiganya pun bersahabat hingga dewasa.

Chusnur Ismiati Hendro Gunawan, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya yang juga turut serta menghadiri nobar film Dancing In The Rain berharap, para guru pembimbing khusus harus bisa mencerna arti dalam film tersebut sebagai penyemangat.

"Film ini memiliki pesan yang berarti bagi kita semua, terutama bagi guru GPK dan orang tua. Kita mengajak agar terus menjaga kekompakan dan berjejaring supaya bisa berkomunikasi yang bermanfaat bagi anak kita dan sekitarnya," tutur Chusnur.

Pada kesempatan itu, orang tua maupun para guru diharapkan mampu memahami anak berkebutuhan khusus (ABK) dan tidak membiarkannya. Namun sebaliknya, ABK itu harus diajak untuk hidup bersama-sama layaknya anak normal.

Baca juga:
Buah Hati Terdeteksi ADHD, Tidak Usah Panik Lakukan Tindakan Ini Secepatnya!

"Senyatanya anak autis itu juga manusia dan bukan individu yang memiliki kelainan yang berbeda. Buktinya pada film ini, pemeran anak autisnya bisa disayangi oleh teman-temannya. Kami memiliki harapan kehidupan yang setara. Artinya bagi guru-guru bisa mengaplikasikan hal itu di sekolah," harapnya.

Istri Sekretaris Daerah Kota Surabaya, Hendro Gunawan itu menambahkan, jangan pernah mengatakan bahwa anak autis itu menjadi beban bagi keluarga. Sehingga membuatnya enggan mengasuh sendiri dan lebih menitipkan pada orang lain.

"Selain terapi maupun pengobatan bagi anak-anak kita, namun harus selalu mengajak berkomunikasi. Tapi ada satu hal yang perlu dicermati, orang normal itu tidak ada, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita harapkan anak autis bisa membuat kelebihan tersendiri bagi keluarga kita," jelasnya.

Tak hanya nonton bareng, pihaknya juga akan selalu menggelar kegiatan bertema work autism bersama sahabat autis, hari distabilitas dan masak bersama anak-anak berkebutuhan.

Baca juga:
TPQ Al Mu'izz, Wadah ABK Belajar Membaca dan Menghafal Alquran di Sidoarjo

"Guru dan murid autis itu ibaratnya teman, sehingga bisa bersinergi. Karena anak-anak ini adalah anak istimewa. Mereka juga sangat berharga, kita berharap bisa memahami kebutuhan mereka, sehingga tidak ada anak-anak yang tertinggal maupun yang terbelakang," imbuhnya.

Sementara itu, Diah Mutiara Adi guru SDN Ngagel Rejo III yang juga terlibat dalam nobar film tersebut mengungkapkan acara nobar film Dancing In The Rain itu sekaligus menjadi ajang upgrade ilmu, silaturahmi maupun menjaga kekompakan.

"Terimakasih kami telah dilibatkan dalam acara ini, sehingga kita selalu bisa termotivasi untuk membersarkan optimisme anak didik kita," pungkasnya.