Pixel Codejatimnow.com

Cangkang Telur Ternyata Bisa Merenyahkan Keripik Ubi, Ini Caranya

David Tjandra Nugraha menunjukkan hasil karyanya
David Tjandra Nugraha menunjukkan hasil karyanya

jatimnow.com - Cangkang telur yang termasuk limbah pangan, selama ini masih belum banyak dimanfaatkan.

Tapi ditangan David Tjandra Nugraha, mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FTP UKWMS), limbah tersebut justru dapat digunakan sebagai perenyah keripik.

"Cangkang telur termasuk limbah pangan yang selama ini masih belum banyak dimanfaatkan. Bahkan 90% kandungan dari cangkang telur adalah kalsium, artinya bisa menjadi salah satu sumber kalsium terbaik,” terang David, Rabu (17/10/2018).

Dengan memanfaatkan cangkang telur yang didapatkan dari toko pembuat kue, pedagang martabak maupun restoran mie, David bersama teman-temannya melakukan pengekstraksian untuk mendapatkan kandungan kalsium.

Untuk proses pengekstrasian itu, dijelaskan David, terdapat beberapa langkah. Yaitu cangkang yang didapat, langsung dibersihkan dan dijemur. Setelah dirasa cukup kering, cangkang ditumbuk hingga halus dan diekstrak dengan menggunakan larutan asam klorida.

"Kemudian, dibiarkan mengendap dan menjadi bubuk halus. Nah, bubuk hasil ekstraksi itu nanti dicampur air untuk merendam ubi sebelum digoreng,'' jelasnya.

Baca juga:
Mahaiswa ITS Gagas Modifikasi Aspal dari Limbah Lumpur dan Kelapa Sawit

Ia mengatakan setelah dilakukan perendaman memakai ekstrak cangkang telur, keripik ubi pun hasilnya terasa renyah.

''Keripik biasa tanpa dicampur kalsium hanya bertahan 2-3 hari, lalu mlempem. Kalau setelah dicampur ini, kerenyahannya bisa bertahan selama seminggu,'' imbuhnya.

Kendala yang dialami, imbuhnya, ada pada analisa terhadap kemurnian kalsium hasil ekstraksi.

Baca juga:
Pemkot Surabaya Buka Lomba Inovasi Kota Inovboyo 2024, Buruan Daftar!

“Karena pemanfaatan kalsium cangkang telur untuk berbagai pengolahan pangan belum pernah ditemukan sebelumnya. Butuh waktu agak lama melakukan trial and error dalam menentukan metode analisa yang sesuai,” paparnya.

David mengklaim, penelitian yang dilakukannya itu baru pertama ada di dunia pendidikan. Sehingga pada pada 2017 ia dipercaya menjadi panitia acara International Food Conference (IFC) dan mampu meraih Juara III mahasiswa berprestasi tingkat Kopertis VII Jatim.