Pixel Codejatimnow.com

Mencuci Keris di Malam Suro, Tradisi Merawat Pusaka Warisan Leluhur

Budi (kanan) dan Slamet (kiri) yang mencoba membuat keris berdiri serta salah satu keris yang sudah berdiri, Selasa (11/9/2018)
Budi (kanan) dan Slamet (kiri) yang mencoba membuat keris berdiri serta salah satu keris yang sudah berdiri, Selasa (11/9/2018)

jatimnow.com - Malam 1 Suro atau dalam kalender Islam adalah 1 Muharram, selalu identik dengan kegiatan 'ngumbah keris' atau jamasan keris untuk tradisi Jawa.

Ngumbah atau jamas yang berarti mencuci atau tujuannya adalah membersihkan/mensucikan dari kotoran dan keris dimaknai sebagai perwujudan senjata yang menjadi pusaka bagi pemiliknya.

Tradisi ini diyakini sudah dilakukan oleh para pemilik pusaka sejak turun temurun. Apalagi, jika pusaka diyakini memiliki keistimewaan atau kekuatan tertentu.

Sehingga, membuat pemilik pusaka harus rajin ngruwat atau merawat pusaka tersebut, utamanya di malam 1 suro.

Hal ini pula yang dilakukan oleh salah seorang kolektor benda pusaka, Budi Mulyono, warga Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Di malam 1 suro ia melakukan ritual 'ngumbah keris' dengan bantuan seorang tenaga ahli khusus.

Slamet mencoba membuat keris berdiri

Setidaknya, ada 8 pusaka koleksinya yang disucikan dengan ritual 'ngumbah keris'. Mulai dari pusaka berbentuk keris hingga tombak yang diyakini merupakan peninggalan sejak zaman Kerajaan Mataram dan Mojopahit.

Budi mengaku, tidak semua pusaka koleksinya itu hasil perburuannya. Namun ada juga pusaka-pusaka itu yang diperolehnya dari 'getaran' spiritualnya.

"Pusaka itu istilahnya harus mau ikut sang empunya. Kalau dia (pusaka) itu tidak mau ikut kita ya tidak bisa dipaksa," ungkapnya, Selasa (11/9/2019) dini hari.

Ia mencontohkan, salah satu pusaka keris milik leluhurnya pernah disimpan oleh salah satu saudaranya. Namun, karena tak 'berjodoh' keris itu terkesan memberontak.

Keris tersebut bahkan sempat membuat 'keramaian' di dalam tempat penyimpanannya.

Namun hal berbeda dirasakan Budi ketika keris itu berada dalam genggamannya. Ada 'getaran spiritual' yang kesannya ingin mengatakan bahwa pusaka tersebut ingin ikut dirinya.

"Entah percaya atau tidak, tapi hal semacam ini biasanya juga tersampaikan lewat mimpi. Dalam mimpi saya pernah didatangi oleh seseorang dengan pakaian semacam jubah putih, dan berkata ingin ikut saya. Ini setelah saya pegang keris dari leluhur itu," pungkasnya.

Sejak itu lah, ia pun merawat pusaka yang dimilikinya, termasuk disaat malam 1 Suro dalam kalender Saka (Jawa) atau setiap malam 1 Muharram dalam kalender Hijriah (Islam).

Baca juga:
Operasi Aman Suro 2023, Polda Jatim Terjunkan 1.325 Personel

Hingga saat ini, ia baru memiliki beberapa benda pusaka, seperti dua Keris Semar Mesem, Keris Mardikan dengan pamor Bulu ayam, Keris Kiai Sengkelat yang diyakini dari era Majapahit, keris Sabuk Inten dengan pamor Sekar Manggar serta pusaka jenis tombak dan keris lainnya.

Keris Berdiri

Ritual 'ngumbah keris', kerap kali diidentikan dengan ritual klenik atau hal-hal mistis. Namun, hal ini dibantah oleh ahli ritual 'ngumbah keris'.

Untuk membuktikan jika benda pusaka tidak selalu identik dengan klenik atau mistis, ahli khusus ritual 'ngumbah keris' Slamet sempat mempraktekkan ritual yang agak sulit dinalar akal sehat.

Ia mencoba membuat keris-keris pusaka milik Budi 'berdiri' dengan posisi gagang keris berada di atas. Tanpa alat bantu apapun, keris yang semuanya berujung lancip tersebut diberdirikan, menempel dengan sarung keris.

Jika menurut logika, berat keris seharusnya bertumpu pada gagang keris yang terbuat dari kayu. Selain itu, pangkal keris rata-rata juga lebih lebar dari pada ujungnya. Sehingga, jika diletakkan terbalik keris akan roboh.

Baca juga:
Peringatan 1 Suro Sisakan 202,5 Kg Sampah di Alas Purwo Banyuwangi

Namun, rupanya hal tersebut terbantahkan. Saat keris diletakkan terbalik, ujung keris sebagai tumpuan atau di bawah, keris dapat berdiri sendiri tanpa bantuan penyangga apapun.

Slamet mengaku, keris dapat berdiri karena ia dapat menyeimbangkan badan keris. Dengan keseimbangan tersebut, tanpa bantuan mantra atau rapalan tertentu, keris dapat berdiri.

"Hanya perlu konsentrasi dan ketenangan diri saja. Kalau yang lain saya tidak tahu," ujarnya.

Dari pengamatan jatimnow.com, Slamet memang tidak langsung bisa membuat sang keris berdiri. Ia butuh berkali-kali mencoba, hingga akhirnya bisa membuat keris berdiri begitu saja didekat sarungnya.

Tidak ada yang aneh saat tiga keris berhasil dibuat berdiri oleh Slamet. Namun, jatimnow.com sempat melihat salah satu keris bergoyang-goyang sendiri tanpa ada sebab.

 Salah satu keris pusaka yang berdiri meski tanpa diberi penyangga