Pixel Codejatimnow.com

Opini

Prestasi Menyatukan Kita Menjadi Pemuda Indonesia

 
Lalu Muhammad Zohri
Lalu Muhammad Zohri

jatimnow.com - Saat Zohri (Lalu Muhammad Zohri), pemuda Indonesia yang belum genap 18 tahun, mencapai garis finish pertama, kemudian dinobatkan menjadi pemuda tercepat sedunia, pihak IFF lekas mengunggah video detik2 menjadi juara.

Saya merinding dan terharu saat menyaksikannya. Saya ulang beberapa kali. Dan saya sempat meneteskan air mata. Yah, haru dan bangga. Saya langsung tergerak untuk menulis dan merangkai kata.

Bertekad untuk mengkabarkan pada dunia. Bahwa pemuda Indonesia itu hebat, memiliki mutiara-mutiara yang terpendam, yang pasti akan muncul ke permukaan, dan jadi berharga di tangan yang tepat. Zohri adalah salah satu mutiara itu.

Setelah saya tulis sekenanya, dengan menampilkan fakta yang ada, akhirnya banyak sekali respon dari kolega, wartawan, yang kebetulan namanya tersimpan di HP saya. Responnya pun beragam. Ada yang mengapresiasi, dan itu mayoritas. Tapi ada juga yang sebagian, selalu melihat sisi lemahnya

Mulai dari "kemana official", "nggak ada bendera", "pencitraan" dan komentar nyinyir lainnya.

Ala Kullin

Saya sungguh tak mengira respon bangga dan apresiasi dari bangsa terhadapnya luar biasa. WA di HP saya terus dibanjiri ucapan selamat atas prestasi Zohri. Pastinya, mereka mengucapkan untuk Zohri, bukan untuk saya.

Hanya karena mereka tahunya nomor HP saya, dan informasi itu wasilah saya, maka ucapan selamat itu mampir lewat saya, untuk sang juara.

Tidak hanya apresiasi berupa ucapan. Setelah ditampilan sosok zohri dengan latar belakangnya, banyak yang kontak dan bertekad memberikan hadiah untuknya. Zohri adalah sosok sederhana dari keluarga santri di kampung, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Kakaknya menjadi Sekretaris Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Lombok Utara. Lewat Ketuanya, saya komunikasi dengan kakaknya yang perempuan, dengan penuh kesahajaan.

Tawaran hadiah mengalir deras. Ada dari biro perjalanan haji dan umroh, mau memberikan hadiah umroh. Bupati Lombok Utara berkomitmen untuk membangunkan rumah, dengan meminta Camat Pemenang mencarikan tanah yang memadai.

Baca juga:
KIB Siap Bawa Politik Gagasan, Gerus Politik Identitas dalam Pilpres 2024

Dirut salah satu BUMN menyampaikan kepada saya, akan memberi satu kilogram emas sebagai tabungan. Ada media penyiaran yang komitmen membantu 300 juta rupiah.

Ada komunitas masyarakat yang izin membuat pawai sebagai selebrasi uncapan selamat dan terima kasih. Itu baru yang lewat saya. Lewat jalur saya. Belum lagi apresiasi langsung, lewat PASI, lewat keluarga, dan lewat jalur lainnya.

Terlepas itu semua, saatnya kita berpikir positif, memberi apresiasi atas sebuah prestasi. Sekecil apapun itu. Zohri telah berprestasi besar. Tapi ia memulainya dari yang kecil, dan terus dipupuk.

Melalui sekolahnya di SMP dibawah asuhan gurunya, sang perempuan yang penyabar. Lantas masuk PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar), institusi milik Kemenpora sebagai kawah candradimuka pemuda pelajar untuk mengasah minat bakatnya, hingga ia masuk pelatnas dan masuk PON.

Terhadap prestasi, kita perlu apresiasi. Dan alhamdulillah, jiwa kebersamaan itu masih hidup subur di tengah masyarakat kita yang guyub dan penuh kekeluargaan. Melampaui kepentingan sektoran dan sekat-sekat primordial.

Baca juga:
Incar 10 Besar Liga 1, Persik Bertekad Kalahkan Bali United di Laga Pamungkas

Menpora Imam Nahrawi memiliki peran penting dalam menyemarakkan apresiasi atas prestasi kaum muda, di berbagai bidangnya.

Menpora terus menyemangati, memotivasi, mendorong, dan memprioritaskan bentuk-bentuk penghargaan dan apresiasi atas berbagai prestasi yang lahir dari generasi muda kita. Seluruh program dan kegiatan harus diorientasikan pada prestasi, dan pendukungan kaum muda dalam pencapaian prestasi. Prestasi dalam berbagai bidang, dengan pendekatan kecerdasan berganda

Prestasi menyatukan kita, dari pemuda Indonesia untuk Dunia.

Wassalam

Penulis: Asrorun Niam Sholeh, Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora