Pixel Codejatimnow.com

Jelang Idul Adha, Pedagang Sapi di Ponorogo Resah, Lho?

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Mita Kusuma
Situasi di Pasar Hewan Jetis Ponorogo yang sepi pembeli. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)
Situasi di Pasar Hewan Jetis Ponorogo yang sepi pembeli. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)

Ponorogo - Pedagang hewan ternak di Pasar Hewan Jetis, Kabupaten Ponorogo resah mendekati Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 9 Juli 2022. Momen yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk meraup rezeki, justru membuat mereka kalang kabut.

Akibat adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), pedagang terpaksa meratapi nasib lantaran harga sapi turun drastis, dan pembeli pun sepi. Seperti saat pasaran pahing misalnya, Pasar Hewan Jetis yang biasanya ramai, kini pun sepi.

Miko, salah satu pedagang di lokasi mengaku jika sebelumnya harga sapi bisa mencapai Rp25 juta. Bahkan pada lebaran Idul Adha tahun lalu, dia bisa menjual Rp27 juta per sapi.

"Harga sapi anjlok, sebelumnya Rp25 juta sekarang tinggal Rp22 juta," sebut sapi Miko, Senin (6/6/2022).

Miko pun semakin khawatir karena sepinya pembeli. Jika pun ada yang datang, mereka menawar harga hingga jauh di bawah standar.

Adi Santoso, pedagang lain mengatakan hal serupa. Ia bahkan menyebut harga sapi anjlok hingga Rp8 jutaan. Semakin miris kala harga sapi tanen (induk) turun hingga separuh harga.

Baca juga:
Pedagang Sapi Kurban di Kediri Tawarkan Garansi, Buruan Beli

"Harga sapi tanen, sapi pembibitan separuh harga turunnya, sapi gemuk atau daging turun Rp8 jutaan," kata Adi.

Ia pun menyadari dampak dari PMK. Pedagang, sebut Adi, mendukung langkah pemerintah untuk menutup sementara pasar hewan demi mengantisipasi menyebarnya PMK.

Saat Idul Adha, lanjutnya, akan semakin susah mencari hewan kuran. Sebab pasokan dan stok sapi sudah berkurang, pun peminat sapi juga turun akibat PMK.

Baca juga:
Dampak PMK di Jombang, Harga Jual Sapi Anjlok hingga Tak Laku Dijual

"Peminat sapi juga semakin turun," keluhnya.

Penanggung jawab pasar Jetis, Gianto menjelaskan, saat ini kondisi pasar memang cenderung sepi. Penurunan terjadi hingga 75 persen.

"Ini cuma pedagang sini saja, peternak lokal cuma 25 persen," pungkas Gianto.