Pixel Codejatimnow.com

Marak Calon Pengantin Kabur di Magetan dan Madiun, Begini Kata Pemerhati Sosial

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Mita Kusuma
Pemerhati sosial Murdianto.(Dokumen pribadi)
Pemerhati sosial Murdianto.(Dokumen pribadi)

Ponorogo - Calon pengantin pria kabur sehari sebelum hari H marak terjadi di Magetan dan Madiun. Tercatat ada 3 kali kasus calon pengantin pria kabur. Pertama, kasus pernikahan Gandy dan Ranting warga Kabupaten Magetan. Seharusnya mereka berjanji hidup bersama pada 8 Mei 2022.

Kasus kedua pasangan S dan D, yang juga warga Kabupaten Magetan. D Tidak bertanggung jawab setelah menghamili S. Dia tidak datang di hari pernikahan, 7 April 2022.

Terakhir adalah Eka dan Zidane warga Kabupaten Madiun. Zidane memilih membawa handphone dan motor milik calon istrinya, 16 Mei 2022. Lantas, bagaimana pemerhati sosial melihat fenomena seperti ini?

"Kasus awal Gandy dan Ranting kan langsung viral. Hal itu dianggap cara keren, hebat. Yang kemudian jadi rujukan netizen," ujar Wakil Rektor Kemahasiswaan INSURI Ponorogo Dr. Murdianto, Senin (23/5/2022).

Menurutnya, saat ini masyarakat merujuk pada media sosial (medsos). Terlebih mereka yang aktif berselancar di dunia maya. Algoritma medsos juga sangat mendukung. Mereka yang berpikiran sama untuk kabur dari tanggung jawab, kemudian disuguhi berita serupa.

"Hingga pengambilan keputusan untuk kabur itulah yang meneguhkan diri, " terang Murdianto yang juga dosen tetap Program Pascasarjana INSURI Ponorogo.

Baca juga:
Mempelai Perempuan di Ponorogo Dapat Mahar Motor CBR, Mau Trek-trekan?

Dalam kaidah medsos, lanjut Murdianto, modeling viral jadi acuan. Tata kelola literasi digital maupun media dalam memberi kontrol perlu dicerahkan.

"Takutnya jika kemudian dibiarkan, viral terus ditiru perlu diulang dan ditunggu netizen akhirnya kabur saja," papar Murdianto.

Sebelumnya kabur, sebenarnya calon pengantin pria bisa berpikir lebih panjang. Terutama soal keterbukaan dan komunikasi. Sarannya adalah literasi digital. Dia mengakui memang pelan-pelan bersamaan kultur medsos, memerlukan waktu yang cukup panjang.

Baca juga:
492 Pasangan di Bojonegoro Nikah di Malam 9 Ramadan, Apa Istimewanya?

"Tidak mungkin instan. Tidak ada masyarakat yang mampu mengimbangi. Secara otodidak belajarnya, " tambahnya.

Pun jika sudah paham bagaimana logaritma medsos harusnya lebih hati-hati dalam memilih konten. Jika yang dibaca adalah konten serupa bakal semakin tenggelam.

"Makin tenggelam. Makin terbawa pusaran. Mereka terperosok menghindari membaca yang sama. Kalau googling ganti-ganti saja. Biar banyak hasanah," pungkasnya.