Pixel Codejatimnow.com

Menengok Kerajinan Pandan Berduri Warga Dusun Karanggebang Jombang

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Tas, bantal dan hiasan ruang tamu, yang terbuat dari anyaman daun pandan berduri. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Tas, bantal dan hiasan ruang tamu, yang terbuat dari anyaman daun pandan berduri. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

Jombang - Desa Munungkerep, Kecamatan Kabuh, Kabuparen Jombang, terkenal dengan kerajinan anyaman pandan berduri. Warga satu Dusun Karanggebang, RT 3/RW 7 menyulap daun pandan berduri menjadi kerajian tikar, tas hingga bantal.

Hampir seluruh rumah di lingkungan ini memproduksi anyaman pandan. Seperti yang dilakukan pasutri Sani (60) dan Sonto (65). Mereka terlihat sibuk membersihkan pandan yang baru dipetik dari belakang rumah. ’

"Ini dibersihkan durinya, biar bisa dibentuk," ungkap Sonto.

Setelah bersih dari duri, Sani bertugas memotong lembaran pandan besar menjadi lebih kecil. Setelah itu, pandan dijemur hingga layu. "Kalau sudah layu, baru nanti bisa dianyam jadi lembaran, kemudian dijemur lagi," terangnya.

Di desa ini, anyaman pandan tak melulu dijual dalam bentuk tikar. Warga mulai mengembangkan warisan nenek moyang.

Seperti yang dilakukan Samini (57). Ia membuat anyaman dengan bentuk menyerupai kantong, tidak berbentuk lembaran besar seperti tikar umumnya. ’’Ini mau dibuat tas,” ujar Samini.

Dari anyaman berbentuk kantong kotak itu, ia melipat dan menjahitnya di bagian samping. Guna mempercantik, tas diberi pegangan yang terbuat dari bahan alami.

"Bagian pegangannya dari pelepah pisang yang dikeringkan," jelasnya.

Lain halnya dengan Suwarti (50). Ia memotong panjang lembaran tikar pandan itu menjadi beberapa bagian. Setelah itu, potongan tikar ditempel di beberapa media kertas aneka bentuk.
’’Ini untuk kotak hantaran, jadinya bisa lebih banyak,” ungkapnya.

Kreasi lain dilakukan Yuliani (28). Lembaran tikar yang sudah dianyam tak langsung dijual. Ia membentuknya menjadi bantal unik. Caranya, dengan memotong empat bagian tikar lalu dilipat dan dijahit. Proses ini, seluruhnya juga dilakukan dengan tangan.

"Nanti diisi dakron untuk isinya, biasanya satu lembar tikar bisa jadi sampai empat bantal," bebernya.

Warga Dusun Karanggebang saat membersihkan duri daun pandan.(Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)Warga Dusun Karanggebang saat membersihkan duri daun pandan.(Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

Sejak dua tahun terakhir warga mulai mengkreasikan anyaman pandan.

"Warga sudah puluhan tahun bikin anyaman pandan. Dulu cuma jadi tikar saja, sekarang ada yang jadi sandal, tas, kotak hantaran dan bantal seperti saya," ucap Yuliani.

Dengan cara itu, tikar pandan olahan warga jadi bernilai jual lebih tinggi. Biasanya, satu tikar dijual Rp15 ribu. Dalam bentuk lain, harganya bisa lebih tinggi.

Baca juga:
Melihat Ragam Kerajinan Karya Warga Binaan Lapas Klas II B Tulungagung

"Kalau sudah jadi bantal bisa laku Rp25 ribu per biji," katanya.

Pemasarannya, biasanya dikumpulkan di satu pengepul untuk dijual bersama dengan sistem online.

"Ada yang mengkoordinir, jadi nanti dijual bersama, tapi untungnya buat warga," paparnya.

Sementara itu, Nurhadi (30) pemuda asal Dusun Karanggebang, ini bertugas aktif membantu pemasaran kerajinan anyaman pandan warga, terlebih setelah harga tikar pandan jeblok di awal pandemi lalu.

"Jadi ini sudah dua tahun terakhir, waktu awal pandemi Covid-19 kemarin, harga tikar pandan hancur, dan warga sulit menjual hasil produksinya," ungkapnya.

Saat itu, Hadi menyebut tikar pandan dua lapis yang harganya biasanya Rp50 ribu sampai Rp55 ribu, harganya anjlok menjadi Rp35 ribu. "Itupun sangat sulit pasarnya karena permintaan yang biasanya setiap hari ada, jadi berkurang jauh," lanjutnya.

Hal itu, membuatnya tergerak untuk mencoba bekerja sama dengan tetangganya untuk memproduksi tikar pandan jadi kerajinan tangan lain.

"Awalnya itu dikreasikan jadi sandal hotel, kemudian ada ide baru untuk tas, terus kotak hantaran sampai yang terakhir bantal ini," ungkapnya.

Baca juga:
Dekranasda Bojonegoro Beri Dukungan dan Fasilitasi Pelaku UMKM Lokal

Warga, bertugas memproduksi benda-benda kerajinan. Sementara ia, bertugas untuk memasarkan hasil produksi warga itu.

"Dijualnya rata-rata via online, lewat marketplace," bebernya.

Ia tak mematok mahal untuk produk buatan warga itu. Harganya, mulai Rp7 ribu hingga Rp25 ribu setiap produknya. "Paling murah itu tas untuk hajatan, kalau yang Rp25 ribu itu bantal," katanya.

Dengan bentuk kerajinan yang lebih menarik, pasar benda ini meningkat drastis. Jumlah warga yang ikut memproduksi kerajinan juga naik. Bahkan, di bulan kemarin saja, ia mengaku mampu mengajak hingga 100 warga memproduksi masal tas dari anyaman pandan.

"Kalau hariannya ada sekitar 8-10 orang yang produksi sama saya, nah kemarin itu pas ada pesanan 5.000 tas, ya sampai 100 warga yang terdampak," paparnya.

Karena dipasarkan melalui online, jangkauannya pun sangat luas. Selain mampu melayani pesanan dari beberapa kota tetangga seperti Malang, Sidoarjo, produk warga Dusun Karanggebang ini juga digunakan di beberapa hotel di Surabaya.

"Ada juga yang sudah sampai luar pulau, seperti Kalimantan, Papua juga. yang terbaru ini produk kita akan tampil di salah satu kios resmi di sirkuit Mandalika NTB," pungkasnya.