Pixel Codejatimnow.com

Harga Minyak Dunia Melonjak, SPBU di Surabaya Lakukan Penyesuaian

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Farizal Tito
Penyesuaian harga terjadi di sejumlah SPBU pasca-kenaikan harga minyak dunia.
Penyesuaian harga terjadi di sejumlah SPBU pasca-kenaikan harga minyak dunia.

Surabaya - Akibat terus melonjaknya harga minyak dunia, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Surabaya terus melakukan penyesuaian harga pada pekan ini.

SPBU milik Shell dan BP AKR sudah melakukan penyesuaian harga, bahkan SPBU Pertamina pun sudah menyesuaikan harga meskipun hanya BBM dengan RON 98 yang disesuaikan menjadi Rp14.500 per liter.

Sementara itu Shell Indonesia menyebut, pihaknya melakukan penyesuaian harga dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Di antaranya adalah harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan serta kepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang harga jual eceran BBM.

"Saat ini harga kami untuk Shell V Power (RON 95) di wilayah Jawa Timur seharga Rp14.500 per liter dan Shell Super (RON 92) Rp12.990 per liter. Sedangkan Shell Diesel di harga Rp 13.150 per liter. Kami akan terus memantau perkembangan situasi yang ada," beber VP Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea, Jumat (17/3/2022).

Tak hanya Shell, SPBU BP AKR pun melakukan penyesuaian harga, di mana BP 95 dijual dengan harga Rp13.990 per liter dan BP 92 di harga Rp12.990 per liter, sedangkan BP Diesel Rp12.990 per liter.

Sedangkan Pertamina menjual Pertamax Turbo (RON 98) Rp14.500 per liter. Pertamax (RON 92) Rp9.000 per liter dan Pertamina Dex (Diesel) Rp13.700 per liter.

Penyesuaian harga ini dilakukan Shell dan BP AKR secara berkala sesuai dengan update harga minyak dunia.

Baca juga:
Ragam Dampak Naiknya Harga Minyak Dunia bagi Jawa Timur

Pertamina sebagai BUMN hanya bisa melakukan penyesuaian harga untuk Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. Sedangkan BBM bersubsidi Pertalite tetap Rp 7.650 per liter. Disparitas harga yang sangat jauh ini membuat warga yang sensitif harga akan beralih kembali ke BBM bersubsidi.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengingatkan warga yang mampu untuk tidak membeli Pertalite. Sebab harga produksi Pertalite ditanggung pemerintah.

"Masyarakat dengan daya beli yang bagus atau punya uang, jangan beli BBM bersubsidi," ungkapnya.

Lalu bagaimana dengan gap harga Pertamax yang ternyata juga masih disubsidi? Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, peningkatan harga minyak mentah dan gap subsidi BBM yang besar menuntut pemerintah menyiapkan formulasi kebijakan yang proporsional untuk meminimalkan dampaknya.

Baca juga:
Ekonom Unej Sebut Subsidi BBM Bisa Pangkas Ongkos Transportasi

Komaidi menegaskan pentingnya meningkatkan produksi minyak dalam negeri. Kondisi tersebut juga menjadi momentum untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan EBT di dalam negeri.

Di sisi lain keberadaan Pertamina sebagai menyalur BBM bersubsidi juga harus diperhatikan jangan sampai keuntungan perusahaan tergerus karena tingginya gap subsidi.

"Mencermati permasalahan yang ada serta dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan transisi energi, ReforMiner menilai penyelesaian revisi UU Migas dan penyelesaian penyusunan UU EBT mendesak untuk segera dilakukan," paparnya.