Pixel Codejatimnow.com

Menengok Kampung Jambu di Banyuwangi

Editor : Redaksi  
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat berada di Kampung Jambu
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat berada di Kampung Jambu

jatimnow.com - Potensi pertanian di Banyuwangi seakan tidak ada habisnya. Ada banyak hasil pertanian yang tumbuh subur di ujung timur Pulau Jawa tersebut, di antaranya komoditas buah jambu.

Bahkan di Bumi Blambangan itu ada satu kampung yang lahan pertaniannya didominasi oleh jambu dengan aneka varietasnya. Kampung Jambu itu adalah Dusun Sumberagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari.

Menurut data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, di kampung ini tidak kurang dari 41 hektar tanaman jambu biji maupun jambu air. Ada Jambu Kristal, Jambu Madu Deli dan Jambu Citra.

Slamet, salah seorang petani mengaku cocok dengan menanam jambu. Sebab proses panennya cukup cepat dari masa tanam. Sekitar usia 2,5 hingga 3 tahun, buah jambu sudah siap untuk dipetik.

"Setahun bisa berbuah hingga dua kali musim. Setiap musimnya bisa sampai empat bulan," terang dia.

Selain itu, harganya juga cukup stabil di pasaran. Untuk Jambu Kristal berkisar di harga Rp 8-10 ribu per kilogram. Sedangkan Jambu Madu Deli pada harga Rp 11-16 ribu. Adapun Jambu Citra bisa sampai Rp 18-21 ribu.

"Jika sudah musim, setiap pekan bisa panen," ungkapnya.

Provitas buah jambu ini juga terhitung cukup tinggi. Untuk jambu biji bisa mencapai 155 kwintal per hektar. Sementara jambu air bisa mencapai 8 kwintal tiap hektar.

"Dalam hitungan kasar kami, produksi jambu air di sini bisa mencapai 20 ton setiap musimnya. Sedangkan jambu biji bisa mencapai 512 ton," ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Arief Setyawan.

Sementara Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang mengunjungi kampung jambu saat pelaksanaan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) pada Jumat (18/6/2021) lalu, mengapresiasi langkah para petani itu. Semakin beragam jenis komoditas hortikultura yang dikembangkan, maka semakin baik.

"Memang harus diatur. Jangan karena di daerah tertentu sukses tanam buah naga, lalu ikut-ikutan tanam buah naga. Akhirnya, saat masa panen tiba, terjadi penumpukan hasil panen. Harganya rusak," terangnya.

Selain itu, Bupati Ipuk juga mendorong para petani untuk berinovasi mengolah hasil panen. Salah satunya dengan menjadikannya buah beku (frozen).

"Ini sekarang sedang diminati sama pasar. Harganya juga relatif lebih mahal," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Ipuk juga bakal memenuhi permintaan para petani untuk membuat sumur bor. Karena selama ini, di kampung tersebut cukup sulit akses airnya.

"Pada APBD 2022 kita realisasikan," pungkasnya.