Pixel Codejatimnow.com

Geliat Kampung Gadukan, Tempat Perajin Tas Terbesar di Surabaya

Salah satu gang di Kampung Gadukan.Foto: Arry Saputra
Salah satu gang di Kampung Gadukan.Foto: Arry Saputra

jatimnow.com - Gadukan merupakan sentra pembuat tas terbesar di Surabaya, terletak di Jl. Gadukan Baru, Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya.

Sentra perajin tas di kampung ini sendiri mulai ada sejak tahun 1975. Berawal dari perajin tas  berbagai macam bahan, dan kreasi. 

Awalnya hanya berjumlah 6-10 perajin, hingga kemudian berjalan terus secara turun temurun dari generasi ke generasi sampai saat ini.

Kampung Tas Gadukan memiliki segmen kelas menengah ke bawah. Seiring banyaknya pemesanan dan nilai ekonomi yang dihasilkan, para perajin yang bergerak dibidang ini juga bertambah.

Saat ini ada sekitar 40 perajin. Mereka tersebar dari beberapa RW di Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya.

Menurut Ali sebagai Wakil Koperasi di Kampung Gadukan, kampung tas di wilayahnya jelas berbeda dari segi segmen maupun style-nya, yakni kelas menengah ke bawah.

Ia menambahkan, kampung tas di Gadukan, Surabaya hanya menjadi tempat produksi. Sementara untuk produk, konsumen bisa melihat diberbagai tempat.

Baca juga:
Perajin di Kampung Tas Gadukan Menyusut, Ini Alasannya

“Saat ini produksi kami tersebar di wilayah berbagai kota, selain di Surabaya juga dipasarkan di Jember dan Banyuwangi. Untuk luar pulau, paling banyak di wilayah Indonesia Timur, seperti Denpasar, Makassar, Lombok dan Flores,” papar Ali.

Tas yang diproduksi cukup beragam, dari tas wanita (fashion), tas sekolah, tas seminar, dan berbagai macam tas untuk souvenir. Untuk bahan baku, para perajin tas di wilayah ini tidak mengalami hambatan. Bahan yang digunakan untuk membuat tas dari sintetis imitasi kulit dan plastik.

Ali mengatakan para perajin di kampung tas masih sangat minim menuangkan ide kreasinya dalam memproduksi tas.

Baca juga:
Perajin Tas Kampung Gadukan Bertahan dari Gempuran Tren Pabrikan

"Dulu sempat ada pelatihan dari Disperdagin dan mahasiswa-mahasiswa dengan menggunakan aplikasi desain dari komputer, tapi para perajin di sini lebih suka memakai cara manual karena dirasa cara itu yang memudahkan mereka dalam membuat tas” ungkap Ali.

Reporter: Arry Saputra

Editor: Erwin Yohanes