Pixel Codejatimnow.com

Machfud Arifin Bangga Tim Peneliti Unair Temukan Obat Covid-19

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Machfud Arifin (dua dari kiri) saat memberikan bantuan APD dan alkes untuk RS Unair melalui Rektor Unair Prof Dr Moh Nasih, Senin (11/5/2020)
Machfud Arifin (dua dari kiri) saat memberikan bantuan APD dan alkes untuk RS Unair melalui Rektor Unair Prof Dr Moh Nasih, Senin (11/5/2020)

jatimnow.com - Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin bangga dan mengapresiasi tim peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang berhasil menemukan obat yang diindikasikan dapat menyembuhkan pasien Covid-19.

"Ya Alhamdulillah. Kita berharap dan berdoa mudah-mudahan ditemukan vaksinnya. Kedua kita harapkan ditemukan obatnya," ungkap Machfud Arifin, Senin (16/6/2020).

Machfud Arifin yang menjadi calon wali kota Surabaya ini menambahkan, untuk mencegah penyebaran Covid-19, juga diperlukan kedisiplinan dari masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.

Menurutnya, masyarakat harus menjadi panglima agar dapat disiplin, sehingga penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir.

"Masyarakat kalau nggak disiplin ya percuma. Dibikin protokol kesehatan kayak apa kalau nggak dipatuhi warga ya percuma," tuturnya.

"Saya berharap segera ditemukan vaksin dan obatnya. Kalau sudah ditemukan obatnya oleh Unair, ya alhamdulillah," tambah Machfud Arifin.

Mantan Kapolda Jatim ini menilai, obat yang diindikasikan dapat menyembuhkan pasien Covid-19 yang ditemukan peneliti Unair itu terlebih dahulu diujicobakan ke banyak pasien dari beragam kondisi, mulai dari yang klinisnya ringan, sedang, berat dan kritis.

"Kalau sudah dicobakan sebanyak mungkin orang dan sembuh, ya alhamdulillah. Itu yang kita doakan. Mudah-mudahan segera ditemukan obat. Orang sembuh semua dan makin berkurang yang kena penyakit dan sembuh, berarti menjadi virus biasa yang dapat disembuhkan," tuturnya.

Machfud Arifin menerangkan, penelitian harus mendapatkan support dari pemerintah. Penelitian dari Unair juga dibantu dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Intelijen Negara (BIN).

"Temuan tim di Unair ya tentunya bangga, tapi ini pasti domainnya Kementerian Kesehatan, Balai POM dan stackeholder lainnya. Pemerintah yang mengambil alih lah mestinya," ungkapnya.

"Kalau memang sudah diatur dan diakui akan diproduksi massal, bikin pabriknya besar-besaran," pinta Machfud Arifin.

Baca juga:
Muncul Lagi Subvarian Omicron Baru BA.2.75

Machfud Arifin sangat mendukung sekali penelitian tersebut. Bahkan tidak hanya Unair saja yang berlomba-lomba mencari vaksin dan obat Covid-19. Tapi perguruan tinggi di Indonesia lainnya juga bisa melakukan penelitian.

"Sumbernya (obat atau vaksin) yang menemukan dari Unair ya alhamdulillah. Nanti bisa saja yang lainnya meneliti dari ITB, UI, menemukan ya bagus. Nanti mana yang terbaik yang diakui," paparnya.

Ketika banyak pilihan obat Corona juga tidak masalah. Machfud Arifin mencontohkan seperti obat batuk.

"Obat batuk kan mereknya macam-macam. Formulanya macam-macam padahal sama saja untuk mengobati batuk, tapi mereknya beda," jelasnya.

Untuk diketahui, Rektor Unair Prof Moh Nasih menyebut ada lima kombinasi obat yang dinyatakan berhasil melalui penelitian. Kombinasi obat yang pertama yaitu lopinavir, ritonavir dan azitromisin. Kombinasi kedua lopinavir, ritonavir dan doksisiklin.

Baca juga:
Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Naik Hingga 620 Persen

Ketiga lopinavir, ritonavir dan klaritromisin. Keempat hidroksiklorokuin dan azitromisin serta kelima hidroksiklorokuin dan doksisiklin.

Sementara perwakilan dari tim peneliti Unair, dr Purwati menyatakan bahwa pihaknya telah meneliti 14 regimen obat. Dari jumlah itu didapatkan lima kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus menghambat perkembangbiakan virus hingga membuat Covid-19 tidak terdeteksi lagi.

"Dengan menurunnya jumlah virus bahkan sampai tidak terdeteksi dengan regimen obat ini, maka bisa memutus mata rantai penularan," jelas dr Purwati.

Terkait peredaran obat, dr Purwati menyebut bahwa obat-obat yang disebutkan sudah beredar di pasaran. Itu artinya obat-obat tersebut sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga aman dikonsumsi.

Namun penelitian lebih lanjut harus terus didukung untuk menghitung efektivitas dan efisiensinya pada manusia.