Pixel Codejatimnow.com

Cerita Horor Seorang Pendaki di Gunung Lawu

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Narendra Bakrie
Cemoro Sewu Gunung Lawu
Cemoro Sewu Gunung Lawu

jatimnow.com - Sebuah tread cerita horor diposting Wahyu, seorang pendaki Gunung Lawu melalui akun Twitternya. Dalam thread horornya itu, ia menceritakan kisah mistisnya saat mendaki bersama dua temannya, Dipta dan Windi.

Thread horor itu diposting Wahyu pada Kamis (5/12/2019) malam atau malam Jumat dalam dua bagian. Thread itu ia beri judul Pengalaman Mistis Gunung Lawu Part 1 dan 2.

"Sedikit cerita tentang pengalaman mistis ketika mendaki Gunung Lawu. Waktu itu kami mendaki tiga orang, saya, Dipta dan Windi. Saya berangkat dengan Windi dari Jogja dan janjian bertemu dengan Dipta di Basecamp Cemoro Sewu," tulis Wahyu memulai thread horornya.

Wahyu menambahkan, kebetulan saat itu Dipta sedang di Ngawi dan berangkat dari rumah, ketimbang harus bolak balik ke Jogja (Yogyakarta). Awalnya, mereka bertiga berencana berangkat 6 orang, tapi 3 orang memberi kabar tidak bisa ikut pada H-2 keberangkatan.

"Seperti pendakian yang biasanya, kami berencana istirahat di basecamp semalam dan besok paginya mulai mendaki. Saya dan Windi sampai di Basecamp Cemoro Sewu pukul 19.00 Wib dan ternyata Dipta sudah menunggu di masjid depan basecamp," sambung Wahyu.

Baca juga:  Pendaki Bunuh Diri di Gunung Lawu, Pelaku Ritual?

Malam itu udara terasa dingin seperti biasanya, setelah makan dan sedikit ngobrol dengan teman-temaan pendaki lain. Api unggun yang menyala mengantar mereka beristirahat.

"Paginya kita memulai pendakian, di Gunung Lawu cukup banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh para pendaki. Seperti memakai baju hijau, tidak boleh mengganggu Jalak Lawu dan lain-lain (15 poin kalau gak salah)," jelas Wahyu.

Trek Cemoro Sewu ini tergolong trek paling dekat sekitar 8 kilometer (km). Trek rata-rata bebatuan yang telah ditata rapi. Waktu di perjalanan menuju pos 4, ketiganya bertemu dengan seorang bapak yang melakukan solo hiking (mendaki sendiri). Bapak itu berasal dari Surabaya.

Bapak itu juga mengaku bekerja di salah satu perusahaan kontraktor. Menurut Wahyu, ada yang sedikit aneh dengan bapak itu, lantara bapak itu hanya membawa day pack kecil.

"Bapak ini orangnya sangat mudah berbaur dengan orang lain dan langsung bisa akrab dengan kami bertiga," tutur Wahyu.

Perjalanan mereka bertiga menjadi lebih menyenangkan karena bapak tersebut selalu bisa membuat tertawa dengan pengalaman-pengalamnnya yang sangat lucu. Di tengah perjalanan, Wahyu penasaran dengan barang apa yang dibawa bapak tersebut. Ternyata isinya hanya air mineral dan kemenyan.

Baca juga:
Cerita Suara Tentara Berbaris Tengah Malam di TMP Jombang

"Loh engga bawa sleeping bag pak?" tanya Wahyu penasaran.

"Enggak mas, saya nginep di warung dekat Hargo Dalem. Di sana saya biasa pinjam sleeping bag. Saya sebulan sekali sowan (berkunjung) ke sini mas, jadi sudah biasa," jawab Bapak itu.

Memang, di Gunung Lawu sangat banyak orang seperti bapak itu. Sebab di Gunung Lawu terdapat sebuah makam di dalam bangunan yang bernama Hargo Dalem. Jika ingin melihat orang melakukan tirakat di sana, biasanya pada malam satu suro. Beberapa bahkan ada yang membawa kambing ke atas.

Pukul 17.00 Wib, mereka bertiga akhirnya sampai di camp terakhir. Di sana terdapat warung Mbok Yem yang terkenal dengan sebutan warung tertinggi di Pulau Jawa. Ketika itu, mereka bertiga beristirahat sebentar di dekat warung Mbok Yem dan berencana mendirikan tenda.

"Bapak itu berpamitan sebentar kepada kami, katanya dia mau sowan dulu di Hargo Dalem," sambung Wahyu.

Gunung Lawu terkenal dengan hawanya yang sangat dingin. Dari situ, Wahyu mempunyai ide untuk nge-camp di dalam sebuah gubuk yang beratap seng, dekat Hargo Dalem dan berharap meminimalisir dinginnya Gunung Lawu.

Baca juga:
Pulang Naik Bus Hantu: Semarang-Gresik Hanya 15 Menit, Dapat Tiket Tahun 1965

"Buk, niki nopo saget camp teng bangunan niku? (Bu, apa bisa nge-camp di bangunan itu)," tanya Wahyu kepada penjaga warung Mbok Yem.

"Oalah saget mas, camp teng mriku mawon (Bisa mas, nge-camp di situ saja)," timpal penjaga warung itu.

Tanpa pikir panjang, Wahyu dan Windi langsung mendirikan tenda. Waktu itu Dipta sangat kelelahan dan tidak ikut mendirikannya. Ada beberapa bangunan yang beratap seng di sana, dan mereka memilih bangunan sebelah kiri. Karena di bagian kanan, pada pintu terdapat gambar setan.

"Dengan beralas tanah dan beberapa jerami, kami membuka tenda dari dalam tas carrier," ucap Wahyu.

Mulai dari sini, kejanggalan demi kejanggalan mulai muncul.

(Bersambung)