Pixel Codejatimnow.com

Laporan dari Taiwan

Menikmati Wisata Alam Pedesaan di Chingshang Taiwan

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Menikmati wisata alam pedesaan di Chingshang, Kabupaten Taitung, Taiwan (foto-foto: Jajeli Rois/jatimnow.com)
Menikmati wisata alam pedesaan di Chingshang, Kabupaten Taitung, Taiwan (foto-foto: Jajeli Rois/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sebuah desa kecil di Chingshang, Kabupaten Taitung, Taiwan menjadi desa dengan daya tarik wisatawan yang cukup tinggi. Suasana alam pedesaan dengan hamparan sawah dan pegunungan di desa ini, bisa dinikmati para wisatawan dengan menyewa alat transportasi sepeda roda empat yang disediakan di sana.

Desa dengan panorama alam yang indah itu disebut tempat wisata Brown Avenue.

Beberapa hari lalu, jatimnow.com bersama rombongan dari media asal Surabaya dan Jakarta sempat menikmati wisata alam Brown Avenue. Pada awalnya Brown Avenue hanyalah sebuah jalan desa. Namun jalan desa ini menjadi terkenal setelah sering dijadikan tempat syuting iklan 'Kopi Mr Brown'.

Brown Avenue Taiwan, tempat wisata alam pedesaanBrown Avenue Taiwan, tempat wisata alam pedesaan

Dari jalan desa ini, hamparan sawah pertanian dengan background pegunungan dapat dinikmati dengan jelas. Sambil bersepeda roda empat, mata menjadi sejuk dan segar. Apalagi, jalan desa ini sangat bersih tanpa hiruk pikuk kendaraan bermotor. Sebab, tidak ada tiang dan kabel listrik di sana. Itulah alasannya, warga menyebut jalan ini 'jalan menuju surga'.

Sekitar 2013, desa ini menjadi ramai setelah sering dijadikan tempat syuting iklan. Banyak wisatawan yang datang untuk menikmati pemandangan Brown Avenue. Namun saat itu, kehadiran wisatawan saat itu dinilai menimbulkan banyak permasalahan bagi warga desa. Ada pengunjung yang merusak tanaman, membuang sampah hingga kencing sembarangan.

"Banyak masyarakat yang datang ke sini menimbulkan suasana tidak nyaman, menimbulkan banyak sampah," kata Lan Ting, salah satu petani di kawasan wisata tersebut.

Wisatawan menikmati pemandangan alam pedesaan dengan sepeda roda empatWisatawan menikmati pemandangan alam pedesaan dengan sepeda roda empat

Dengan persoalan tersebut, pemerintah daerah setempat menutup jalan desa dari kunjungan wisatawan. Kemudian dirapatkan dengan tokoh masyarakat setempat serta asosiasi petani, agar lokasi itu dibuka menjadi tempat wisata, tapi tidak menimbulkan persoalan yang merugikan warga setempat.

Setelah disepakati, Brown Avenue dipercantik. Berbagai peraturan serta larangan pun dibuat. Selain dilarang membuang sampah sembarangan, wisatasan juga tidak boleh merusak tanaman hingga mengganggu petani bercocok tanam di sawah. Untuk mendukung Brown Avenue sebagai tempat wisata, masyarakat desa menyewakan sepeda angin mulai dari roda dua hingga roda empat.

Lan Ting yang juga salah satu pemilik sewa sepeda angin menambahkan, awalnya hanya ada belasan sepeda angin yang disewakan kepada wisatawan. Namun sejak 6 tahun lalu, seiring bertambahnya jumlah wisatawan dari Taiwan maupun mancanegara, dia menyediakan sekitar 200 lebih sepeda angin roda dua, empat yang dilengkapi dengan baterai.

Baca juga:
Cak Now Show: Menyusuri Terowongan di Taiwan

"Hasil pendapatan dari sewa sepeda ini, separuhnya diserahkan ke pemerintah (desa) untuk biaya pelestarian dan membantu pemeliharaan lingkungan di sini," tuturnya.

Warga desa menyewakan sepeda roda dua dan empat untuk para wisatawanWarga desa menyewakan sepeda roda dua dan empat untuk para wisatawan

Wisatawan dapat menikmati alam Brown Avenue dengan mengayuh sepeda angin atau menggunakan tenaga listrik. Selain menikmati paronama alam di desa itu dengan bersepeda, wisatawan juga bisa berfoto ria di Takeshi Kaneshiro, salah satu pohon yang berdiri kokok di jalan desa tersebut. Pohon ini menjadi terkenal setelah dijadikan lokasi syuting salah satu maskapai penerbangan terbesar di Taiwan.

Selain menikmati hamparan sawah dan pegunungan, wisatawan juga bisa melihat aktivitas petani yang menggarap sawah dengan menggunakan mesin traktor. Namun, pengunjung tidak boleh menganggu petani yang sedang bekerja atau mengajaknya berfoto.

"Dengan dijadikan tempat wisata, perekonomian di sini mengalami peningkatakan," jelasnya.

Para wisatawan berfoto ria di bawah pohon besar yang sangat terkenal di tempat wisata ini Para wisatawan berfoto ria di bawah pohon besar yang sangat terkenal di tempat wisata ini

Baca juga:
Susahnya Mencari Generasi Milenial Calon Petani di Taiwan

Di tempat ini, tidak ada deretan pedagang kaki lima (PKL). Karena telah disepakati bahwa lokasi tersebut hanya untuk kawasan pertanian dan wisata. Hanya ada satu pedagang yang berjualan di dekat rumah warga.

"Area ini sudah dilindungi. Mau membuat rumah tidak boleh. Kalau tetap membuat rumah, maka tidak diberi listrik dan air bersih," tegasnya.

Ling Ting mengucapkan terima kasih kepada wisatawan, termasuk pada rombongan wisatawan dari media asal Surabaya dan Jakarta, Indonesia, ikut menikmati alam sambil bersepada. Meski kondisi matahari saat itu sangat terik, tapi terbayar dengan suasana alami, bersih dan indah.

"Next time bawa pacar ke sini ya," ujar Ling Ting sambil tertawa.

Dari tempat wisata Brown Avenue ini, bisa dipetik pelajaran bagaimana peran serta pemerintah dan keterlibatan masyarakatnya membuka kawasan wisata yang tidak mengganggu aktivitas warga sekitarnya. Warga desa bisa bertani dan juga mendapat dampak positif, terutama bertambahnya pendapatan.