Pixel Codejatimnow.com

Wow, Santri di Banyuwangi ini Bikin Robot Pemadam Kebakaran

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Hafiluddin Ahmad
Santri di Ponpes INSAT Muhammadiyah menyaksikan demonstrasi robot pemadam kebakaran dan pemungut sampah
Santri di Ponpes INSAT Muhammadiyah menyaksikan demonstrasi robot pemadam kebakaran dan pemungut sampah

jatimnow.com - Santri di Banyuwangi berhasil merakit robot pemadam kebakaran dan pemungut sampah. Tercatat 5 orang santri dari Ponpes Internasional Sains dan Tekhnologi (INSAT) Muhammadiyah berhasil mengembangkan teknologi tersebut.

Umumnya santri dikenal sebagai seseorang yang mengaji dan belajar kitab kuning dengan menetap di pondok pesantren. Namun, di Banyuwangi santri-santri dikenalkan dengan sains dan teknologi.

Ya, setidaknya terdapat 5 orang santri dari Ponpes Internasional Sains dan Tekhnologi (INSAT) Muhammadiyah di Jalan Raya Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, telah berhasil merakit robot pemadam kebakaran dan pemungut sampah.

Direktur Ponpes INSAT Muhammadiyah Banyuwangi, Ustaz Ajuslan Kerubun menjelaskan, robot yang berhasil dibuat oleh santri-santri itu orientasinya meringankan pekerjaan manusia untuk memadamkan api dan membersihkan sampah.

Robot tersebut dibikin oleh 5 orang santri yang rata-rata kelas VIII atau berusia 14 tahun.

"Ide awal pembuatan robot pemadam kebakaran dan pemungut sampah ini berawal dari peristiwa kebakaran yang terjadi di lingkungan kita," kata Ustaz Ajuslan, Rabu (2/5/2019).

Sebab, menurutnya, jika terjadi kebakaran tak jarang para petugas pemadam kebakaran (Damkar) turut menjadi korban saat memberikan pertolongan.

Atas keprihatinan itu, muncul ide untuk menggantikan petugas Damkar dengan mesin, sehingga diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban yang menimpa petugas Damkar itu sendiri.

"Proses pembuatan robot ini membutuhkan waktu sekitar 2 bulan," ujarnya.

Baca juga:
Kampung Edukasi Antar Pemuda Lamongan Juarai Wirausaha Berprestasi Kemenpora

Dalam perakitannya, terbagi menjadi dua tahap. Pertama, kata Ustaz Ajuslan, adalah membuat desain robot. Kedua, memulai tahap perakitan. Sedangkan, untuk biaya yang dibutuhkan dalam proyek ini menelan sekitar Rp 7 juta.

"Biaya yang dikeluarkan untuk dua robot yang sudah selesai ini sekitar Rp 7 juta. Bahan-bahannya ada yang dibeli, ada juga yang dibuat oleh anak-anak sendiri dari bahan-bahan bekas. Sehingga bisa lebih menghemat," paparnya.

Secara umum, kedua robot tersebut terbagi dalam empat bagian, yakni bagian utama yang berfungsi memberikan perintah kepada robot. Bagian kontrol yang berfungsi mengontrol sesuai keinginan. Dua bagian lainnya, yakni penjepit pemungut sampah dan bagian pemadam api.

Pemberian pengetahuan dan teknologi kepada santri ini, untuk memberikan wawasan mengenal dunia teknologi bagi anak-anak Indonesia khususnya yang berada di pondok pesantren.

Sebab, kecenderungan orang melihat kehidupan di pondok identik mengaji dan membaca kitab-kitab saja. Di pondok INSAT ini, masih kata dia, berusaha mengembangkan pengetahuan santri dibidang teknologi robot.

Baca juga:
Berjualan Bakso Tak Halangi Hesti Raih Gelar Sarjana dengan Beasiswa Penuh Untag Surabaya

"Untuk memberikan kemampuan di bidang teknologi untuk anak Indonesia khususnya di pondok pesantren. Karena saat ini tren yang berkembang di pondok pesantren itu cuma mengaji dan membaca kitab. Kami berusaha mencoba mengembangkan teknologi dengan robot," terangnya.

Salah seorang perakit robot, Bima Hatta (14) mengatakan, dalam pembuatan desain robot menggunakan program komputer serta untuk menentukan penempatan komponen-komponennya.

Supaya, desain secara keseluruhan dari robot rakitan mereka ini tidak memakan banyak tempat serta efisien.

"Setelah desainnya jadi kemudian dirakit. Proses yang paling susah adalah di pemrograman robot," jelas Bima.