Pixel Codejatimnow.com

Ini Kiat Anak Penjual Cilok Raih Wisudawan Terbaik Unair

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Farizal Tito
Nur Syamsiyah dan dua orang tuanya saat diundang Rektor Unair
Nur Syamsiyah dan dua orang tuanya saat diundang Rektor Unair

jatimnow.com - Keterbatasan ekonomi tak membuat Nur Syamsiah, anak pedagang cilok (jajanan dari bahan tepung) di Surabaya ini patah arang. Dengan ketekunan, Nur berhasil meraih predikat wisudawan terbaik S1 Fisip Unair dengan IPK 3,90. Bagaimana kiat-kiat Nur Syamsiyah selama mendapatkan prestasi itu?

Menurut Nur, meski ia bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu empat tahun. Mahasiswa asal Pagesangan Surabaya itu, juga aktif di unit kegiatan mahasiswa.

"Dari semester satu saya juga sudah mengatur timeline perkuliahan. Semester 1-2 saya gunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus. Aktif di organisasi Mapanza, AUBMO (Organisasi Bidikmisi UNAIR), selanjutnya berusaha aktif di luar kampus," terang Nur Syamsiyah, Rabu (10/10/2018).

Baca Juga:

Baca juga:
Duo Kembar At Thobib dari Gresik Sukses Lolos SNBP Unair

Ia mengaku, selama kuliah di Unair gadis berkerudung itu mendapatkan banyak hal. Selain ilmu, ia juga sering mengikuti perlombaan guna menyalurkan ide dan gagasannya.

"Tahun 2015 menjadi koordinator VEDHA (Viva Education of Drugs and HIV-AIDS) Jawa Timur. Dan pada perlombaan itu saya paling suka mengikuti lomba debat disana saya belajar banyak cara mengungkapkan pendapat dan argumen. Dan melalui debar itu saya bisa meyakinkan orang lain bahwa solusi yang saya tawarkan adalah solusi terbaik," paparnya.

Sementara ditanya terkait tawaran yang diberikan Rektor Unair untuk melanjutkan studi S2 di Unair tanpa tes dan gratis SPP tiap semesternya. Ia mengaku sangat terhormat, namun ia ingin berkuliah di Swedia.

"Sebenarnya saya ingin bisa S2 di Swedia. Ada universitas impian saya, Lund University yang saya ingin ambil, studi tentang pembangunan. Tapi peluang studi di S2 yang diberikan Pak Rektor mungkin adalah kehormatan luar biasa bagi saya. Insha Allah akan saya pertimbangkan," pungkasnya.

Sementara itu, Erna, Ibu Nur Syamsi mengatakan, selama 20 tahun, Sutrisno membiayai pendidikan anak-anaknya dengan bekerja sebagai penjual cilok.

"Ada rasa syukur, bangga yang tidak bisa diungkapkan karena bisa diundang rektor. Syam ini punya semangat, walau dari keluarga tidak mampu. Saya selalu berpesan, meski dari orang tidak mampu, kamu harus tunjukkan bahwa kamu bisa seperti lainnya," tutur Erna.


Baca juga:
Kisah Mahasiswa Unair Lebaran dan Puasa di Yunani, Demi Apa?