Pixel Codejatimnow.com

Ibu Lima Anak di Mojokerto Meninggal, Diduga Jadi Korban KDRT

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Supriyadi
Ruang pemulasaraan RSUD dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto (Foto: Nor for jatimnow.com)
Ruang pemulasaraan RSUD dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto (Foto: Nor for jatimnow.com)

Mojokerto - Sulamsih (43), ibu lima anak asal Desa Ngabar, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto meninggal dunia, diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Terduga pelaku adalah suami sambung korban berinisial St. Korban meninggal setelah sempat mendapat perawatan di RSUD Nganjuk pada Rabu (22/6/2022) malam.

Anak korban, Fajar mengaku belum mengetahui penyebab meninggalnya ibunya. Namun dirinya yakin jika ibunya menjadi korban KDRT dari ayah tirinya.

"Meninggalnya kemarin malam di Rumah Sakit Nganjuk. Apakah ada penganiayaan atau seperti apa saya kurang tahu. Yang tau jelas itu kakak saya yang ikut sama ibu dia bernama Fani yang tahu," ujar Fajar di kamar pemulasaraan RSUD Dr Wahidin Sudirohusodo, Kota Mojokerto, Kamis (23/6/2022).

Baca juga:
Makam Mantan Anggota Polres Jombang Dibongkar, Keluarga Anggap Kematian Tak Wajar

Sementara salah satu anggota lembaga swadaya masyarakat, Ajib Idayasri menjelaskan, Sulamsih diduga kuat menjadi korban KDRT.

"Dugaannya karena penganiyaan. Itu kita dapat dari keterangan anaknya. Bahkan anaknya bilang, ibunya ini sudah kerap dianiaya sejak pertengahan bulan puasa dulu," papar Ajib.

Baca juga:
Apa Kabar Dugaan Penganiayaan Libatkan Anggota DPRD Sampang? Ini Kata Polisi

Menurut Ajib, dari keterangan anak korban, terduga pelaku sempat membawa korban ke salah satu padepokan selama 18 hari dengan alasan pengobatan. Namun keluarga tidak diperbolehkan menjenguk, sehingga anak korban membawanya ke rumahnya di Nganjuk untuk mendapatkan perawatan.

"Usai mengetahui korban meninggal dunia, katanya suami sambung ini kabur. Keluarga akhirnya memilih jalur hukum dan meminta jasad korban diautopsi untuk mengetahui penyebab kematian, apakah ada unsur penganiayaan atau seperti apa ini masih kita tunggu," pungkasnya.