Pixel Codejatimnow.com

Mahasiswa Universitas Trunojoyo Ciptakan Alat Komposter untuk Petani Gresik

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Sahlul Fahmi
Mahasiswa Universitas Trunojoyo saat mempresentasikan alat komposter kepada petani di Gresik.(Foto: Sahlul Fahmi/jatimnow.com)
Mahasiswa Universitas Trunojoyo saat mempresentasikan alat komposter kepada petani di Gresik.(Foto: Sahlul Fahmi/jatimnow.com)

Gresik - Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura, menciptakan dua alat komposter bagi petani di Desa Randupadangan, Kecamatan Menganti, Gresik. Alat tersebut berfungsi untuk pembuatan pupuk organik serta melihat kesuburan tanah. Dua alat dipresentasikan saat mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura melakukan Program Kerja “Pembuatan Dua Alat Komposter Sederhana” di desa yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani tersebut. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk pengabdian masyarakat bagi mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.

Dosen pembimbing kegiatan, Hisnuddin Lubis menjelaskan, di Desa Randupadangan masih banyak lahan persawahan dan perkebunan. Cabai menjadi komoditas utama yang dihasilkan petani Desa Randupadangan. Kemudian ada juga bengkoang dan mangga.

Namun setelah dilakukan penelitian, para petani di sana masih banyak yang menggunakan pupuk kimia dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah. Masalahnya, penggunaan pupuk kimia dengan takaran tinggi bisa mengakibatkan kandungan bahan organik tanah menjadi sangat rendah.

“Dari permasalahan itulah mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura mencoba membantu petani setempat dengan menciptakan alat komposter,” kata Hisnuddin Lubis, Minggu (19/6/2022).

Baca juga:
Pria di Kota Malang Masuk Kos Mahasiswa lalu Curi Laptop

Lebih lanjut, Hisnuddin mengatakan bahwa pembuatan alat komposter dapat menghasilkan pupuk organik cair dan pupuk organik padat. Fungsi lainnya juga dapat mengurangi sampah, khususnya sampah organik.

“Kebetulan di Desa Randupadangan banyak perkebunan yang menghasilkan buah sehingga sangat memungkinkan untuk memproduksi pupuk kompos organik. Bahannya bisa berasal dari buah yang busuk, kulit buah-buahan hingga sampah dapur rumah tangga,” ucapnya.

Baca juga:
Aliansi Fajar Timur di Kota Malang Serukan 3 Poin untuk Pemilu Damai 2024

Untuk pemberian pupuk organik tentunya para petani juga harus mengetahui mana tanah yang akan dipupuk atau tidak. Sebab jika tidak tahu bisa menimbulkan efek pada tanah yang dipupuk. Selah satu contohnya adalah tanah yang sudah subur namun masih terus diberi pupuk. Kelebihan pupuk inilah yang dapat menggangu mikro organisme dalam tanah tanah tidak gembur lagi. Bahkan yang lebih parah tanah akan menjadi asam dan rusak.

“Karena itu dalam program ini, kami juga membuat alat lanjutan yang berfungsi untuk mengecek tingkat kesuburan tanah. Setelah diketahui hasilnya, maka kami baru bisa menentukan pemberian pupuk kompos organik,” pungkasnya.