Pixel Codejatimnow.com

Ritual Tanda Merah di Jidat Sapi ala Warga Sumbergondo, Ikhtiar Tolak Wabah PMK

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Achmad Titan
Tanda merah dari daun jati yang diyakini jadi tolak balak penyakit pada hewan ternak. (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)
Tanda merah dari daun jati yang diyakini jadi tolak balak penyakit pada hewan ternak. (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)

Batu - Saat ini banyak peternak yang kebingungan dengan merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan peliharannya, terutama pada sapi dan kambing.

Untuk mencegah itu ada salah satu ritual khusus yang diyakini bisa menjauhkan wabah atau penyakit tidak menyerang.

Seperti yang disampaikan oleh Trisno warga RT 4 RW 3, Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji. Caranya yaitu mengoleskan tanda merah yang terbuat dari daun jati, pada bagian kepala sapi.

"Ini merupakan keyakinan kami secara turun temurun dari leluhur. Selain adanya pendampingan dari pemerintah, setidaknya ini wujud ikhtiar kita memohon perlindungan kepada Sang Pencipta," ujar pemilik 13 ekor sapi, Jumat (13/5/2022).

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, Sugeng Pramono menerangkan sampai dengan hari ini memang ada tambahan, namun belum terupdate.

Dari data terakhir Kamis (12/5/2022), total sudah ada 42 sapi terkonfirmasi positif.

Baca juga:
Umat Hindu Suku Tengger Probolinggo Gelar Ritual Tawur Kasanga, Buang Sifat Jahat

"Sekarang Satgas PMK fokus melakukan tracing pada semua peternak, khususnya Desa Sumbergondo karena banyak yang terpapar di sini," ujar Sugeng.

Bila ada indikasi petugas langsung melakukan penyemprotan di area kandang. Begitu juga sapi akan diberi vitamin dan antibiotik.

Disinggung awal PMK di Kota Batu, Sugeng menjawab berasal dari luar kota.

Baca juga:
Hari Jadi Tulungagung, Warga Gelar Ritual Lampah Tapa Bisu

"Jadi awalnya salah satu peternak di Dusun Tegalsari membeli sapi dari pedagang yang berasal dari Mojokerto. Ternyata sapi itu membawa virus PMK kemudian menyebar di kandang pemilik tersebut dan merebak di sini," ujarnya.

Untuk dampak, tambah Sugeng, memang cukup terasa bagi peternak antara lain sapi lesu sehingga produksi susu menurun drastis.

"Namun yang perlu digarisbawahi PMK tidak menular ke manusia. Begitu juga daging dan susunya tetap bisa dikonsumsi dengan pengolahan yang benar. Misalnya daging dimasak pada suhu 75-80 derajat dan susu melalui proses pengolahan pasteurisasi," pungkasnya.