Pixel Codejatimnow.com

Kegigihan Sunarto Perjuangkan Glendo Barong Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Achmad Titan
Sunarto membawa Glendo Barong. (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)
Sunarto membawa Glendo Barong. (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)

Batu - Seni dan budaya bisa dijadikan indentitas daerah dan sebagai daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Kota Batu telah memiliki kesenian Kuda Lumping dan Bantengan yang telah diakui menjadi identitas dan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikud.

Satu lagi kesenian asal Kota Batu yang tengah diperjuangkan agar menjadi WBTB. Kesenian tersebut adalah kesenian Glendo Barong. Seperti namanya, Glendo Barong berbentuk kepala naga.

Cara memainkan dengan dipukulkan ke bagian tubuh tertentu seperti kaki dan perut pemainnya hingga terdengar suara brak. Berat Glendo Barong mulai dari 40-75 Kg. Bahan dasar dari Glendo Barong terbuat dari kayu.

Hal itulah yang ditunjukkan seniman asal Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Sunarto di ruang rumahnya yang sempit dan penuh sesak dengan alat-alat kesenian seperti reog, kuda lumping dan alat kesenian lainnya seperti kendang hingga gamelan.

"Kesenian Glendo Barong sering menjadi kegiatan pembuka dalam event-event yang dihelat oleh Pemkot Batu. Bahkan sering mewakili Kota Batu di luar daerah sebagai wajah kesenian asal Kota Batu," ujar Narto, Minggu (27/3/2022).

Sebagai pelaku seni Glendo Barong, ia tengah berjuang agar kesenian tersebut bisa benar-benar menjadi identitas kesenian asal Kota Batu. Utamanya sebagai WBTB oleh Kemendikud.

"Sebenarnya kesenian Glendo Barong telah ada di berbagai daerah. Kesenian ini masih ada keterkaitan dengan Barong Kidal dari Kabupaten Malang, Borong Jepaplok dari Kabupaten Blitar dan Jaran Dor yang pada umumnya ada di Malang Raya dan Blitar," bebernya.

Namun mantan Ketua Komite Seni Tradisi Dewan Kesenian Batu 2016-2021 ini memiliki ketertarikan sendiri untuk bisa mengkreasikan Glendo Barong secara berbeda. Baik bentuk dan atraksi agar Glendo Barong berbeda serta menjadi identitas Kota Batu.

"Untuk Glendo Barong memiliki perbedaan dengan daerah lainnya. Perbedaan atau kekhususan itu adalah bentuk. Yaitu memilikk wondo (wajah) berupa naga jawa dan beratnya rata-rata diatas 55-75 kg," ungkap bapak tiga anak ini.

Berbeda dengan dengan Glendo Barong di daerah lainnya memiliki bentuk wondo berupa buto (raksasa). Sedangkan untuk berat rata-rata 50 Kg. Dengan kekhususan tersebut saya berupaya agar dalam waktu dekat, tahun depan Glendo Barong bisa dimasuk dalam WBTB oleh Kemendikud.

Karena itu, lanjut laki-laki yang mendirikan Paguyuban Reog Sapto Tunggul Wulung sejak 2009 sampai sekarang masih melakukan kajian bersama Litbang Kesenian di Dewan Kesenian Kota Batu.

Baca juga:
Sanggar Tari Sari Kalam Banjarkematren Sidoarjo, jadi Kontrol Sosial Birokrasi Desa

Ia melakukannya bersama beberapa orang narsum yang ahli di bidangnya dan melakukan pendataan tentang kesenian Glendo Barong.

Apalagi saat ini Sunarto juga dipercaya sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Batu. Ia akan berupaya agar Glendo Barong masuk sebagai WBTB asal Kota Batu.

"Sehingga tidak hanya menjadi identitas seni dan budaya daerah dan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Tapi para pelaku seni tidak hanya melestarikan identitas suatu daerah, namun juga benar-benar bisa berdaya," tegasnya.

Ia memiliki optimisme dan kepercayaan yang lebih. Pasalnya ia sering tampil mewakili Duta Seni Kota Batu untuk tampil di Taman Mini Jakarta 2019. Sebelumnya di Lombok saat Apeksi tahun 2018 serta di Surabaya parade barong tahun 2017-2018 dan di Solo dalam festival 24 jam menari tahun 2019 yang digelar oleh ISI Solo dan Unesco.

"Saya yakin Glendo Barong bisa melengkapi Kuda Lumping dan Bantengan menjadi WBTB oleh Kemendikbud dari Kota Batu. Pasalnya ada banyak perbedaan yang dimiliki Glendo Barong asal Kota Batu. Selain bentuk dan berat juga kami kembangkan gerakannya atraksi modern seperti sembur geni dan akrobatik," beber alumnus SMA Islam Batu ini.

Baca juga:
Mengulik Kesenian Tradisional Dongkrek di Kabupaten Madiun

Selain menargetkan Glendo Barong masuk dalam WBTB. Ia juga akan menjalankan amanat UU No. 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Diantaranya dengan mengusulkan Perda Kebudayaan Kota Batu dan mendigitalisasi data kebudayaan sebagai sumber akses referensi dan informasi publik kepada generasi muda.

Ia menerangkan khusus untuk Perda Kebudayaan diharapkan bisa diusulkan oleh eksekutif maupun legislatif dalam Propemperda tahun 2022. Karena menurutnya Perda Kebudayaan sangat dibutuhkan untuk menjalankan dan mengembangkan kebudayaan di Kota Batu.

"Dengan adanya Perda Kebudayaan nantinya DKKB akan bisa lebih banyak dan aktif membuat program kegiatan. Mulai pembibitan, kemudian menggelar lomba-lomba kesenian tingkat kota, pameran, hingga melakukan promosi ke daerah-daerah lain. Yang pada akhirnya kesenian Kota Batu benar-benar terangkat dan senimannya berdaya," terangnya.

Kemudian untuk digitalisasi kebudayaan, diharapkan semua data dan referensi tentang kebudayaan di Kota Batu bisa diakses oleh publik dengan mudah. Begitu juga dengan segala kegiatannya.

"Sehingga bisa mendekatkan kebudayaan kepada masyarakat dan diharapkan menarik minat masyarakat untuk ikut melestarikan. Ketika kesenian dan budaya bisa eksis, maka kesejahteraan pelaku seni bisa terwujud," pungkasnya.