Pixel Codejatimnow.com

Mencicipi Belut Blukuthuk, Kuliner Unik Bojonegoro di Tengah Area Persawahan

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Ni'am Kurniawan
Pengunjung menikmati sajian nikmat Kabupaten Bojonegoro, bernama Belut Blukuthuk. (Foto-foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Pengunjung menikmati sajian nikmat Kabupaten Bojonegoro, bernama Belut Blukuthuk. (Foto-foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Bojonegoro - Pecinta makanan pedas wajib coba sensasi menikmati kuliner berbahan dasar belut dipadu suasana pedesaan asri di Kabupaten Bojonegoro. Kuliner yang tengah digandrungi masyarakat sekitar ini bernama Belut Blukuthuk.

Blukuthuk berarti meletup-letup. Berasal dari penyajiaannya yang terbilang unik. Yaitu mengadopsi tren makanan khas negeri ginseng Korea, menggunakan 'hot plate'.

Di Warung Belut Toongseng Blukuthuk ini, hot plate yang dipakai berbahan tanah liat berbentuk cobek. Suara letupan sambal dari cobek yang dibakar di atas tungku inilah yang kemudian disebut blukuthuk.

Disajikan bersama nasi putih atau nasi jagung hangat, cita rasa pedas, gurih, dan manis, semakin menambah selera penikmatnya.

Belum lagi lokasi warung makan ini berada di tepian sawah di Desa Pesen, Kecamatan Kanor. Pengunjung mendapat bonus udara sejuk sembari melahap makanan nikmat sampai perut kenyang.

Menu belut di atas hot plate cobek, wajib dicicipi pecintanya.Menu belut di atas hot plate cobek, wajib dicicipi pecintanya.

Yuli, pemilik warung makan ini mengatakan, dalam sehari dirinya bisa menghabiskan hingga 10kg belut jika buka pada hari biasa. Saat weekend, Yuli harus menyiapkan 17kg hingga 20kg belut.

"Kalau hari-hari biasa sampai sepuluh kilo, Sabtu-Minggu tujuh belas kilo," ujar Yuli kepada jatimnow.com, Minggu (14/11/2021).

Seporsi Belut Blukuthuk lengkap dengan minum dan nasi dibanderol Rp 20 ribu saja. Untuk pengunjung yang ingin varian lainnya, Yuli menyediakan menu ayam seharga Rp 16 ribu per porsi.

Yuli dan suaminya merintis usaha kuliner tersebut sejak 2019 lalu. Ia mengaku, metode penyajian menggunakan cobek panas ini memang sengaja ia ciptakan.

"Mau cari yang beda aja," jelas Yuli.

Baca juga:
Musim Enthung Jati, Berkah Warga Kawasan Hutan Bojonegoro

Dalam sehari Yuli bisa menjual 150 hingga 200 porsi setiap harinya. Namun jika di hari libur bisa mencapai 300 porsi lebih.

"Kalau (pendapatan) kotor Sabtu-Minggu bisa 300 porsi lebih. Kalau hari biasa sekitar 150 sampai 200," katanya.

Yuli bersyukur sejak dibukanya warung toongseng belut ini, banyak pelanggan yang berdatangan. Bahkan tak sedikit yang menjadi pelanggan yang tetap. Salah satunya Widya asal Bojonegoro Kota yang mengaku jatuh cinta dengan sensasi makan Belut Blukuthuk.

"Nggak kehitung, sering. Pokoknya kalau ada kerjaan di sekitar sini pasti mampir," ujarnya.

Widya mengaku mengetahui Belut Blukuthuk dari media sosial. Penyajiannya yang unik, tak mengalahkan sensasi rasa belut itu sendiri.

"Enak, kalau (dinilai) satu sampai sepuluh, ya sembilan lah," tegas Widya.

Baca juga:
Mencicipi Wedang Tape Ketan Hitam Bojonegoro, Primadona Sejak 1950

Senada, Lisa asal Surabaya, justru sengaja datang jauh-jauh untuk mencicipi kuliner pedas satu ini. Ia mengaku sangat penasaran dengan Warung Belut Toongseng Blukutuk.

"Penasaran, udah tau infonya sejak lama, sih. Katanya orang-orang enak. kepo terus nyoba," kata Lisa.

Diakui Lisa, semula ia geli dengan wujud protein tersebut. Namun karena sensasi penyajian yang berbeda, membuatnya mau mencoba dan menikmati sensasi belut yang sebenarnya.

"Saya awalnya itu nggak doyan sama belut, geli liatnya. Tapi gara-gara disajikan dengan hot plate cobek, ada nuansa modern dan tradisional yang digabungkan. Begitu dimakan ternyata enak," pungkas dia.

Warung Belut Toongseng Blukuthuk di Desa Pesen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.Warung Belut Toongseng Blukuthuk di Desa Pesen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.