Pixel Codejatimnow.com

Blusukan Mensos Tri Rismaharini di Jakarta Disorot Akademisi

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Achmad Titan

jatimnow.com - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang melakukan blusukan dan menemui gelandangan di Jakarta mendapat sorotan dari Direktur Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma).

Profesor Mas'ud Said menyarankan agar penangganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) termasuk di dalamnya gelandangan atau tunawisma tidak parsial tapi harus terintegrasi.

"Aksi Mensos yang viral dan menuai polemik saat menemukan tunawisma di kawasan Jalan Sudirman - Thamrin di Jakarta kemarin pasti tidak bisa maksimal. Jangan berburu dari satu tempat ke tempat lain," jelasnya, Jumat (8/1/2021).

Mantan staf khusus Menteri Sosial Bidang Program Kerja dan SDM pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo itu menyebut bila Mensos bisa menengok Kampung Topeng Desaku Menanti di Kota Malang.

Pasalnya penanganan tunawisma di Indonesia sebaiknya tidak dilakukan secara parsial. Melainkan secara terintegrasi yang terukur.

"Kalau setiap hari menemui satu per satu tunawisma, lalu jumlahnya tunawisma se Indonesia berapa. Kalau jumlah puluhan ribu, maka butuh puluhan ribu hari untuk melakukan penanganan," kata dia.

Sleain itu, Kementerian Sosial memiliki Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Dahulu saat Kemensos dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa terbukti banyak program solutif dalam penanganan PMKS.

Seperti pembangunan terintegrasi Desaku Menanti di beberapa titik di Indonesia. Seperti di Gunung Kidul, Padang, Pasuruan dan juga di Kota Malang, yang bahkan kini menjadi penggerak ekonomi kreatif sebagai desa wisata.

"Kita berharap Menteri Risma melalui Kemensos yang saat ini, bisa melanjutkan apa-apa yang dulu di tahun 2015 hingga 2017 telah dirancang Kemensos berkaitan dengan penanganan gepeng dan PMKS," tegasnya.

Harapan itu ia sampaikan agar Mensos yang saat ini bisa merancang program yang lebih sistematis. Terlebih, Kemensos sejatinya sudah memiliki data yang terintegrasi terkait PMKS, yang menyatu di setiap provinsi, kabupaten dan kota.

Baca juga:
Mensos Risma Beri Beasiswa Gadis di Malang yang Ditinggal Keluarganya Bunuh Diri

"Jika beliau merancang program dengan sistematis maka bisa diintergrasikan dengan program yang dilakukan di kabupaten kota. Jadi dari Kemensos, ke dinas sosial setempat terintegtasi. Seperti yang kini ada di Kota Malang, Desaku Menanti yang kini telah berhasil menjadi kampung Wisata Topeng, mampu mengangkat ekonomi masyarakat," paparnya.

Ia menjelaskan, di sana adalah format penanganan tunawisma atau gepeng yang sudah terintegrasi. Anak-anak mendapatkan pendidikan formal dan informal.

Mereka diberikan bekal mulai mainan dan juga pembangun skill. Begitu juga dengan ibu-ibu, diberikan pelatihan menjahit. Mereka dilatih untuk membuat makanan olahan untuk kemudian dipasatkan ke kota.

Berkolaborasi dengan peguruan tinggi, produk olahan ibu-ibu tersebut dibenahi pakagingnya. Kemudian untuk para bapak-bapak, diberikan pekerjaan membuat topeng.

"Topengnya dijual ke publik wisatawan yang datang. Dengan harga sekitar Rp 15 ribu, mereka bisa menjual lebih dari lima sehari," ujar dia.

Baca juga:
Mensos Tri Rismaharini Tinjau Bakti Sosial Operasi Katarak di RSUD dr Iskak Tulungagung

Belum lagi jika hari besar tertentu, maka harganya lebih besar. Dan para anak muda juga diberikan alat musik, dan sound sistem agar mereka bisa mengeksplorasi seni dan bakat di bidang musik. Mereka biasa tampil menghibur dan mendapatkan penghasilan.

"Saat itu Menterinya Ibu Khofifah yang saat ini menjabat gubernur Jatim. Beliau membangunkan mereka 40 rumah di sana. Jadi mereka para gepeng dialihkan ke sana dengan menghuni rumah yang sudah dibangunkan oleh Kemensos. Di sana lengkap, ada rumah ibadah, workshop. Dan sering dijadikan penelitian dari perguruan tinggi," tegas Profesor Mas'ud kembali.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di sana diberi pekerjaan dan tidak kembali menjadi gepeng. Hal itu menjadi bukti bahwa programnya berhasil.

"Kalau gepeng dihalau satu satu, tidak efektif. Itu seperti hit and run. Karena tidak terintegrasi. Akan lebih baik penanganan PMKS itu dilakukan simultan, terintegrasi dan sistematis. Dan yang terpenting, dalam penanganan tunawisma juga harus ditanamkan perubahan mindset tidak lagi meminta. Melainkan diajak untuk lebih banyak memberi, sehingga mereka tidak kembali lagi," tandasnya.