Pixel Codejatimnow.com

Lima Pasien Positif Covid-19 di Surabaya Disebut Dipulangkan, Lho Kok?

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Ilustrasi pasien Covid-19
Ilustrasi pasien Covid-19

jatimnow.com - Anggota DPRD Kota Surabaya Imam Syafii menyebut penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sangat kacau.

Data terbaru yang dikantongi Imam, ada 18 warga yang diisolasi akhirnya dipulangkan oleh Pemkot Surabaya. Dia menyebut, dari 18 itu, 5 di antaranya ternyata positif Corona.

"Penanganan Covid-19 di Surabaya sangat kacau," ujar Imam Syafii, Selasa (2/6/2020).

Anggota Komisi A DPRD Surabaya ini menyebut, 18 warga itu berasal dari Kecamatan Tegalsari. Mereka sebelumnya diisolasi di sebuah hotel di Surabaya oleh Pemkot Surabaya.

Menurut Imam, mereka diperbolehkan pulang setelah diberitahu hasil swabnya negatif. Dan esok harinya, petugas puskesmas menyatakan 5 orang di antara mereka yang sudah dipulangkan, ternyata positif Covid-19.

Kejadian tersebut dinilai Imam tidak hanya membahayakan bagi penderita Covid-19, tapi juga membahayakan warga lainnya yang bersentuhan atau berinteraksi dengan warga yang hasil swabnya dinyatakan positif.

Imam mengantongi data itu setelah mendapat laporan dari salah satu tokoh masyarakat di Tegalsari. Bahkan dua dari lima warga yang positif Covid-19 itu saat ini berpergian ke Madura.

"Apalagi ada dua warga yang hasil swabnya positif sekarang pergi ke Madura karena orangtuanya meninggal dunia," ungkapnya.

Anggota Komisi A DPRD Surabaya, Imam SyafiiAnggota Komisi A DPRD Surabaya, Imam Syafii

Politisi Partai NasDem ini menceritakan, sejak awal penanganan Covid-19 yang dilakukan Pemkot Surabaya, khususnya untuk warga yang tinggal di daerah pemilihannya, asal-asalan.

Masih kata Imam, setelah dirapid tes dan hasilnya reaktif, warga kemudian diswab di gedung Siola, Jalan Tunjungan. Dari Siola, warga langsung diisolasi di sebuah hotel di kawasan Gubeng, Surabaya untuk menunggu hasil swab.

"Ternyata hotel tidak menyediakan sabun, handuk dan perlengkapan lainnya. Tidak ada selimut dan air minum terbatas," beber Imam.

Baca juga:
Muncul Lagi Subvarian Omicron Baru BA.2.75

Lanjut Imam, warga juga tidak mendapatkan pendampingan dari petugas kesehatan. Warga tidak diberikan vitamin sesuai SOP penanganan pasien dalam pengawasan (PDP). Bahkan ada warga yang tidak mendapatkan makanan.

"Warga makin stres karena tidak ada kejelasan kapan hasil swab keluar. Bisa dibayangkan betapa tertekannya warga. Apalagi ada warga yang sakit typus," terangnya.

Keluhan warga yang diisolasi di hotel itu sempat diberitakan di media massa. Menurut Imam, setelah terungkap kondisi yang carut marut itu, warga yang diisolasi di hotel diperbolehkan pulang, dengan alasan hasil swap keluar negatif.

"Warga menceritakan, mereka ditelepon satu persatu di kamar hotel. Diberitahu boleh pulang sekarang karena hasilnya negatif. Peneleponnya dari meja resepsionis. Tapi warga tidak tahu apakah petugas resepsionis atau dari pegawai pemkot yang telepon," ceritanya.

Imam juga mengatakan bahwa para warga itu diangkut dengan truk Satpol PP Surabaya menuju kampung mereka. Saat itu, warga gembira ketika diberitahu tidak ada yang terinfeksi Covid-19. Karena itu, pengurus kampung menyampaikan ke Wakil Wali Kota Wisnu Sakti Buana kalau warganya sudah pulang dari hotel.

Imam menyebut bahwa Wisnu datang langsung ke kampung warga untuk mengecek keluhan warga saat diisolasi di hotel karena sudah menyebar ke publik.

Baca juga:
Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Naik Hingga 620 Persen

Perasaan lega warga berubah menjadi stres lagi setelah kepala puskesmas menelepon ketua RT. Dia memberitahu kalau dari 18 warga yang dipulangkan dari hotel itu, ada lima yang hasil swabnya positif, yaitu tiga laki laki dan dua perempuan.

"Kepala puskesmas juga heran dan tidak tahu siapa yang membolehkan warga pulang ke rumah. Betul betul tidak masuk akal. Saya sangat mengecam penanganan Covid-19 model seperti ini," tegasnya.

Atas kejadian itu, Imam mendesak aparat kepolisian turun tangan untuk mengusut tuntas.

"Polisi harus turun tangan untuk mengusut tuntas skandal ini. Pelaku dan aktor intelektualnya harus ditemukan dan diproses hukum," sambungnya.

"Ini kejahatan kemanusiaan yang membahayakan keselamatan korban dan orang lain. Sekaligus biar pemkot tidak asal-asalan dalam menangani Covid-19," jelas Imam yang pernah menjadi jurnalis media cetak dan televisi di Surabaya ini.

Berdasarkan update sebaran Covid-19 per 1 Juni, warga di Surabaya yang terkonfirmasi positif sebanyak 2.633 orang. Sedangkan pasien yang sembuh jumlahnya kalah dengan pasien yang meninggal dunia, yaitu sembuh 240 orang dan meninggal dunia 246 orang.