Pixel Codejatimnow.com

Kisah Nyata Hoofy

Korban Corona Dimakamkan dalam Hening, Penggali Kubur Sempat Kabur

Editor : Redaksi  Reporter : Narendra Bakrie
Proses pemakaman korban Corona di Sidoarjo (Foto: Hoofy for jatimnow.com)
Proses pemakaman korban Corona di Sidoarjo (Foto: Hoofy for jatimnow.com)

jatimnow.com - Tidak hanya merasakan ketegangan selama 9 jam saat mengikuti proses pemakaman pasien positif Virus Corona (Covid-19). Hoofy juga mencatat betul standar operasional prosedur (SOP) pemakaman yang begitu ketat hingga sulitnya mencari sosok relawan.

Dari pengalaman pertamanya mengikuti proses pemakaman korban Corona itu, Hoofy ingat bahwa mengurus jenazah pasien Covid-19 itu menguras tenaga dan fikiran. Semua harus tunduk pada aturan wajib memakai alat pelindung diri (APD) serta menjalankan SOP.

"Salah satu hal yang paling utama adalah kami yang mengikuti proses pemakaman harus memakai APD," kata Hoofy kepada jatimnow.com melalui pesan WhatsApp, Jumat (27/3/2020).

Hoofy kemudian memaparkan SOP yang ia lihat, ia rekam dan ia catat saat proses pemakaman panjang, pada Kamis (26/3/2020) itu. Pertama, setelah dari rumah sakit, jenazah kemudian dimandikan, dibungkus plastik lapis empat lalu dimasukkan peti. Sebelum dimakamkan, harus dikeluarkan berita acara yang harus ditandatangani kepolisian.

"Dengan catatan jenazah harus dimakamkan malam itu juga sesuai SOP atau maksimal empat jam setelah kematian," jelas Hoofy.

Baca juga:  Kisah Ketegangan Hoofy 9 Jam Mengikuti Proses Pemakaman Korban Corona

Ia melanjutkan, setelah urusan di rumah sakit rampung, kendala berikutnya adalah mencari komplek makam. Hoofy pun membantu berkoordinasi untuk mendapatkannya. Namun masalah baru kembali muncul, yaitu siapa penggali kubur dan orang yang akan menguburkannya.

"Koordinasi ke sana kemari dilakukan. Akhirnya dapat tukang gali kubur dan yang akan menguburkannya, meski dengan segala cara dan catatan tetap pakai APD. Yang menggali dan menguruk dari relawan warga sekitar," sambung Hoofy.

Tiba waktunya jenazah diberangkatkan. Namun ternyata sopir ambulans malah kabur karena tidak bersedia mengantar jenazah. Padahal jenazah dalam peti sudah di dalam mobil ambulans itu. Peti dan kereta dorong itu diturunkan dan ditinggal di rumah sakit hingga akhirnya mendapat ambulans pengganti.

"Sebelum jenazah tiba di pemakaman ternyata para penggali kubur dan yang menguburkan pun lari ketakutan sebelum jenazah datang. Setelah dilakukan komunikasi lagi akhirnya mereka bersedia. Dan prosesi pemakaman berjalan lancar," bebernya.

Baca juga:
Muncul Lagi Subvarian Omicron Baru BA.2.75

Menurut Hoofy, mengurus jenazah positif Covid-19 jauh lebih mengerikan daripada mengurus jasad teroris. Sisi kemanusiaan sangat dominan dalam hal ini.

Hoofy menambahkan, pemakaman di sebuah komplek pemakaman di kawasan Lingkar Timur, Sidoarjo itu tuntas sekitar pukul 03.00 Wib, Kamis (26/3/2020). Pemakaman itu berlangsung hening.

Empat petugas dengan APD-nya melakukan pemakaman dengan serius. Sementara Plt. Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin, Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Sumardji, Kapolsek Sidoarjo Kota, serta sejumlah pejabat, memantau dari jarak yang lumayan jauh.

"Saya dan para pejabat mengikuti proses pemakaman dari radius sekitar 50 meter," ungkapnya.

Ia menambahkan, saat pemakaman tersebut, tidak ada satupun keluarga korban yang berada di lokasi. Bahkan pasien saat dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit, tak ada satu pun keluarganya yang datang.

Baca juga:
Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Naik Hingga 620 Persen

"Saya baru pulang jam 4 pagi. Sampai rumah langsung menuju kamar mandi, membersihkan diri termasuk keramas, baru melaksanakan ibadah dan istirahat," kisahnya.

"Intinya adalah harus memantapkan hati bahwa ini adalah misi kemanusiaan, memakai APD, patuhi SOP. Yang paling utama tentunya berdoa kepada Tuhan," ungkap Hoofy.

Dari pengalamannya itu, Hoofy mengingatkan kepada semua orang di Indonesia agar mematuhi semua aturan dan anjuran pemerintah dalam upaya memutus rantai penyebaran dan penularan Covid-19.

"Di rumah saja jangan keluyuran, nongkrong atau sok bijak dalam menghadapi Virus Corona ini," tutupnya.